JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) akhirnya memutuskan untuk mengkerek suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). Setelah tidak bergerak selama 18 bulan lamanya, suku bunga acuan BI7DRR akhirnya naik 25 basis poin atau 0,25 persen, dari 3,5 persen menjadi 3,75 persen.
Langkah tersebut diambil bank sentral untuk mengantisipasi adanya lonjakan inflasi, di tengah wacana kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi, Pertalite dan Solar. Kenaikkan suku bunga diharapkan dapat meredam laju inflasi.
Baca juga: Suku Bunga BI Naik, Sinyal Kuat Kenaikan Harga BBM Subsidi
Dalam konferensi pers Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, langkah ini juga diambil agar dapat memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya. Sebab saat ini ketidakpastian pasar keuangan global masih tinggi di tengah pertumbuhan ekonomi domestik yang semakin kuat.
"BI juga terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan memperkuat pemulihan ekonomi nasional," ujarnya, dalam konferensi pers, Selasa (23/8/2022).
Baca juga: BI Menaikkan Suku Bunga Acuan, Nilai Tukar Rupiah Langsung Menguat
Penyesuaian tingkat suku bunga acuan bank sentral tentu saja berdampak terhadap kinerja pasar modal RI. Biasanya, kenaikan suku bunga menjadi sentimen negatif bagi pasar modal, yang merupakan aset beresiko tinggi.
Akan tetapi kenaikan suku bunga kali ini menjadi berbeda, sebab Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak Selasa kemarin justru menguat. Bahkan, penguatan kembali terjadi pada sesi perdagangan Rabu (24/8/2022) hari ini.
Baca juga: Usai Pengumuman Suku Bunga BI Naik, IHSG Ditutup Menguat
Hal tersebut terjadi lantaran langkah pengetatan moneter BI telah dinanti oleh pasar. Sebab, pasar memang tengah mengkhawatirkan adanya potensi lonjakan inflasi, yang dapat menggerus daya beli masyarakat.
"Ekonomi sekarang sudah cukup recovery, tapi yang jadi masalah inflasinya tinggi, jadi itu yang harus ditekan," ujar Analis Artha Sekuritas, Dennies Christoper, kepada Kompas.com, Rabu.
Kenaikan suku bunga juga nampak disambut baik oleh investor asing, terefleksikan dari pembelian bersih atau net buy di pasar modal RI sebesar Rp 815,61 miliar pada sesi perdagangan Rabu. Ini menjadi hari ketiga berturut-turut investor asing mencatatkan net buy saham.
Baca juga: BI Rate Naik, Perbankan Bakal Kerek Bunga Pinjaman? Ini Kata Ekonom
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.