Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Kenaikan Suku Bunga Acuan BI ke Pasar Modal, Ini Sektor Saham yang Diuntungkan

Kompas.com - 25/08/2022, 06:30 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) akhirnya memutuskan untuk mengkerek suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). Setelah tidak bergerak selama 18 bulan lamanya, suku bunga acuan BI7DRR akhirnya naik 25 basis poin atau 0,25 persen, dari 3,5 persen menjadi 3,75 persen.

Langkah tersebut diambil bank sentral untuk mengantisipasi adanya lonjakan inflasi, di tengah wacana kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi, Pertalite dan Solar. Kenaikkan suku bunga diharapkan dapat meredam laju inflasi.

Baca juga: Suku Bunga BI Naik, Sinyal Kuat Kenaikan Harga BBM Subsidi

Dalam konferensi pers Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, langkah ini juga diambil agar dapat memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya. Sebab saat ini ketidakpastian pasar keuangan global masih tinggi di tengah pertumbuhan ekonomi domestik yang semakin kuat.

"BI juga terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan memperkuat pemulihan ekonomi nasional," ujarnya, dalam konferensi pers, Selasa (23/8/2022).

Baca juga: BI Menaikkan Suku Bunga Acuan, Nilai Tukar Rupiah Langsung Menguat

Dampak kenaikan suku bunga BI ke pasar modal

Penyesuaian tingkat suku bunga acuan bank sentral tentu saja berdampak terhadap kinerja pasar modal RI. Biasanya, kenaikan suku bunga menjadi sentimen negatif bagi pasar modal, yang merupakan aset beresiko tinggi.

Akan tetapi kenaikan suku bunga kali ini menjadi berbeda, sebab Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak Selasa kemarin justru menguat. Bahkan, penguatan kembali terjadi pada sesi perdagangan Rabu (24/8/2022) hari ini.

Baca juga: Usai Pengumuman Suku Bunga BI Naik, IHSG Ditutup Menguat

Hal tersebut terjadi lantaran langkah pengetatan moneter BI telah dinanti oleh pasar. Sebab, pasar memang tengah mengkhawatirkan adanya potensi lonjakan inflasi, yang dapat menggerus daya beli masyarakat.

"Ekonomi sekarang sudah cukup recovery, tapi yang jadi masalah inflasinya tinggi, jadi itu yang harus ditekan," ujar Analis Artha Sekuritas, Dennies Christoper, kepada Kompas.com, Rabu.

Kenaikan suku bunga juga nampak disambut baik oleh investor asing, terefleksikan dari pembelian bersih atau net buy di pasar modal RI sebesar Rp 815,61 miliar pada sesi perdagangan Rabu. Ini menjadi hari ketiga berturut-turut investor asing mencatatkan net buy saham.

Baca juga: BI Rate Naik, Perbankan Bakal Kerek Bunga Pinjaman? Ini Kata Ekonom

 

Suku bunga BI naik, ini sektor yang berpotensi dulang keuntungan 

Dengan tingkat suku bunga acuan yang lebih tinggi, sejumlah sektor saham berpotensi mendapatkan keuntungan lebih besar.

Sektor keuangan, berpotensi menjadi salah satu sektor yang paling merasakan dampak positif dari kenaikan suku bunga acuan. Pasalnya, kinerja keuangan sektor ini, utamanya perbankan, berkaitan erat dengan suku bunga.

Founder WH Project William Hartanto mengatakan, kenaikan suku bunga berpotensi memberikan keuntungan lebih besar terhadap emiten sektor keuangan. Margin keuntungan sektor keuangan diproyeksi kembali meningkat seiring dengan pengetatan kebijakan moneter BI.

"(Sektor keuangan) akan menerima dampak positif dengan kenaikan laba dari kenaikan bunga kredit," kata dia.

Kenaikan suku bunga acuan sendiri menandakan, kondisi perekonomian nasional yang mulai membaik. Ini tentu saja menjadi fundamental yang baik bagi sektor keuangan.

 

Sektor yang terpukul akibat kenaikan suku bunga BI

Sementara itu, tingkat suku bunga acuan yang lebih tinggi juga berpotensi menjadi sentimen negatif terhadap sejumlah sektor saham.

Salah satu sektor yang berpotensi terpukul dari kenaikan suku bunga ialah sektor properti. Pasalnya, tingkat bunga acuan yang lebih tinggi akan berimbas terhadap pergerakan suku bunga kredit properti.

Apabila kenaikan suku bunga kredit properti meningkat, minat beli masyarakat akan tergerus. Ini pada akhirnya mengganggu kinerja bisnis sektor properti.

Selain sektor properti, kenaikan suku bunga juga akan berdampak terhadap kinerja keuangan emiten dari berbagai sektor yang memiliki utang tinggi. Biaya yang perlu dikeluarkan oleh perusahaan tentu akan meningkat.

"Misalnya sektor menara," kata William.

Namun demikian, sejumlah ekonom memproyeksi, kenaikan suku bunga acuan BI hanya akan berpengaruh sedikit terhadap suku bunga kredit perbankan. Bank dinilai tidak akan serta merta mengerek suku bunga kredit mereka, guna menjaga kinerja bisnis perusahaan.

"Kenaikan BI7DRR hanya 25 bps mengindikasikan kalau pun terjadi penyesuaian suku bunga perbankan dan pembiayaan, maka kemungkinan besaran kenaikannya tidak terlalu besar," ucap Ekonom dan Co-founder Institute of Social, Economic, and Digital (ISED) Ryan Kiryanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com