Keberhasilan itu dialami oleh salah satu petani milenial asal Jember, Jawa Timur, Iqbal Abipraya. Menurutnya, pemupukan berimbang yang diterapkan dapat memberikan keuntungan karena hasilnya yang baik dan hemat biaya. Ia pun merasakan sendiri hasil positif dari pemupukan berimbang.
“Saat panen pertama, saya melihat hasil yang jauh berbeda ketimbang menggunakan pupuk lainnya. Dengan sifat NPK Pelangi sebagai pupuk majemuk slow release, ketersediaan pupuk dalam tanah selalu ada dan sangat bagus untuk pertumbuhan daun, batang, serta buah tanaman sehingga buah semangka pun lebih besar,” kata Iqbal.
Lebih lanjut, Iqbal menjelaskan bahwa untuk satu kali masa tanam, tanaman bisa dipanen dengan rata-rata 35 hingga 40 ton per hektare. Padahal, sebelum menggunakan NPK Pelangi, lahannya hanya mampu menghasilkan 30 ton per hektare.
Kesuksesan petani untuk bisa menjadi produktif tak terlepas dari pendampingan dan penyuluhan berkelanjutan yang dilakukan. Hal itu mendasari salah satu program yang diinisiasi PKT sejak 2020, yakni program Makmur.
Program tersebut dinilai dapat meningkatkan pemberdayaan petani sekaligus produktivitas pertanian di Indonesia lewat kehadiran ekosistem pertanian yang kondusif.
Baca juga: Pupuk Kaltim Bantu Petani Kembangkan Usaha Pertanian lewat Program Ini
“Berdasarkan studi yang dilakukan, petani Indonesia dihadapkan oleh sejumlah tantangan, seperti akses permodalan yang minim, kekurangan fasilitas sarana produksi, serta (rendahnya) pemahaman terhadap kebutuhan pasar dan jaminan pasar untuk beberapa komoditas utama,” kata staf Senior Vice President (SVP) Transformasi Bisnis PKT Yusva Sulistyo.
Sejak awal, Yusva menjelaskan bahwa program Makmur dijalankan untuk meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus mendorong kesejahteraan petani melalui pendekatan menyeluruh. Hal ini meliputi kemudahan akses modal dan sarana pertanian hingga pendampingan serta edukasi.
Baca juga: Ketersediaan Pupuk Subsidi Menipis, Mentan SYL Ajak Petani Tingkatkan Penggunaan Pupuk Organik
“Kami berharap, kehadiran (program) Makmur tidak hanya untuk menjawab tantangan produktivitas pertanian, tetapi juga menjamin pertanian berkelanjutan,” jelasnya.
Dalam praktiknya, Yusva menambahkan bahwa Makmur terus mengintegrasikan mekanisme pertanian dengan teknologi pertanian. Salah satunya, melalui peralatan pertanian modern (combine harvester dan transplanter), penyemprotan pestisida menggunakan drone, dan penerapan aplikasi i-Farm untuk geo tagging serta cara budi daya.
“Dengan begitu, diharapkan kemajuan pertanian di Indonesia bisa semakin terwujud,” ujar Yusva.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.