Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seputar Rencana Kenaikan Harga BBM Subsidi: Banyak Dinikmati Orang Kaya hingga Anggaran Bengkak

Kompas.com - 27/08/2022, 17:12 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah berencana untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi pertalite dan solar.

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, harga BBM subsidi saat ini telah membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga Rp 502 triliun.

Selengkapnya, fakta-fakta seputar kenaikan harga BBM subsidi yang perlu diketahui:

Baca juga: Ratusan Triliun Subsidi BBM Banyak Dinikmati Orang Kaya, Sri Mulyani: Bikin Kesenjangan Semakin Lebar

Dilansir akun Instagram resmi Kementerian Keuangan (Kemenkeu) @KemenkeuRI, Sabtu (27/8/2022) disebutkan bahwa subsidi yang dibayarkan pemerintah lebih banyak untuk BBM yang biasa dipakai.

Adapun harga bahan bakar terkini, pertama, solar seharusnya memiliki harga Rp 13.950 per liter, namun harga yang dijual ecer menjadi Rp 5.150 per liter. Harga ini memiliki selisih sebesar Rp 8.800 dengan subsidi 63,1 persen.

Pertalite, seharusnya memiliki harga Rp 14.450 per liter, namun harga yang dijual ecer menjadi Rp 7.650 per liter. Harga ini memiliki selisih sebesar Rp 6.800 dengan subsidi 47,1 persen.

Pemerintah sudah melakukan penyesuaian anggaran Subsidi dan Kompensasi BBM dari awalnya Rp 152,5 triliun kemudian naik menjadi Rp 502,4 triliun yang mengacu pada Perpres 98/2022. Angka ini dinilai cukup tinggi.

Karenanya, jika kebijakan subsidi ini tidak diubah, anggaran bisa semakin bengkak menjadikan Rp 698 triliun.

Baca juga: Sri Mulyani: Kuota Pertalite Habis September, Solar Habis Oktober

Lantas, apa penyebab anggaran menjadi bengkak hingga Rp 698 triliun jika BBM subsidi tak naik?

Pertama, harga minyak mentah masih terus menunjukkan kenaikan dari 100 dollar AS per barrel menjadi 105 dollar AS per barrel.

Kedua, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi terhadap dollar AS yang semula diasumsikan sebesar Rp 14.450 per dollar AS, kini semakin melemah menjadi ke level Rp 14.700 per dollar AS.

Kondisi depresiasi rupiah ini membuat RI harus membayar lebih mahal untuk impor minyak mentah.

Kemudian, volume konsumsi masyarakat terhadap pertalite dan solar meningkat yaitu pertalite dari 23,05 juta kiloliter menjadi 29,07 juta kiloliter. Sedangkan, solar dari 15 juta kiloliter naik menjadi 17,44 juta kiloliter.

Apakah BBM subsidi tepat sasaran?

Menurut data Kemenkeu, 89 persen BBM solar dipakai dunia usaha dan hanya 11 persen dipakai rumah tangga.

Adapun dari yang dipakai rumah tangga tersebut, 95 persennya dipakai rumah tangga yang mampu dan 5 persen dinikmati rumah tangga miskin.

Sementara untuk pertalite, 85 persen dipakai rumah tangga mampu dan 20 persen dinikmati rumah tangga miskin. Sedangkan, 14 persen dinikmati dunia usaha.

Baca juga: Setiap Tabung Elpiji 3 Kg Disubsidi Rp 42.750, Sri Mulyani: Yang Banyak Nikmati Orang Kaya...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com