JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) pada 23 Agustus 2022 telah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 25 basis poin atau 0,25 persen menjadi 3,75 persen.
Kenaikan suku bunga ini pertama kalinya diambil BI sejak Desember 2018. Sejak saat itu BI terus menurunkan suku bunga acuannya dari 6 persen menjadi 3,5 persen.
Lantas apa saja dampak positif dan negatifnya kenaikan suku bunga acuan ini ke kehidupan sehari-hari dan perekonomian nasional? Simak penjelasan berikut ini.
Baca juga: BI Naikkan Suku Bunga Acuan Menjadi 3,75 Persen
1. Nilai tukar rupiah menguat
Ekonom Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira mengatakan, kenaikan suku bunga acuan BI dapat membuat mata uang rupiah perkasa.
Hal ini lantaran kenaikan suku bunga membuat modal asing masuk ke Indonesia karena investor akan tertarik dengan imbal hasil surat utang Indonesia yang menjadi menarik.
"Itu bisa mencegah aliran modal keluar sehingga rupiahnya bisa lebih stabil," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, ditulis Senin (29/8/2022).
2. Mengendalikan inflasi
Kebijakan menaikkan suku bunga BI ini diambil BI dengan harapan dapat mengendalikan inflasi agar tidak melambung tinggi.
Namun, menurut dia, proses ini baru akan terasa jangka panjang karena inflasi saat ini lebih disebabkan oleh kenaikan harga bahan makanan dan energi, bukan dari banyaknya pasokan uang.
"Dampak positifnya harapannya bisa mengendalikan inflasi dari uang yang beredar," kata dia.
3. Imbal hasil surat utang Indonesia naik
Menurut dia, kenaikan suku bunga acuan ini akan menguntungkan investor karena dapat membuat imbal hasil surat utang Indonesia menjadi bertambah.
Pasalnya, dengan kenaikan suku bunga BI ini surat utang Indonesia dapat mengecilkan selisih bunga atau imbal hasil dengan surat utang Amerika Serikat (AS).
"Imbal hasil dari surat utang Indonesia dianggap semakin menarik kakrena mengikuti tingkat suku bunga di negara-negara maju," ucapnya.