Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suku Bunga BI Naik, Ini Dampak Positif dan Negatifnya

Kompas.com - 29/08/2022, 09:42 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) pada 23 Agustus 2022 telah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 25 basis poin atau 0,25 persen menjadi 3,75 persen.

Kenaikan suku bunga ini pertama kalinya diambil BI sejak Desember 2018. Sejak saat itu BI terus menurunkan suku bunga acuannya dari 6 persen menjadi 3,5 persen.

Lantas apa saja dampak positif dan negatifnya kenaikan suku bunga acuan ini ke kehidupan sehari-hari dan perekonomian nasional? Simak penjelasan berikut ini.

Baca juga: BI Naikkan Suku Bunga Acuan Menjadi 3,75 Persen

Dampak positif kenaikan suku bunga BI

1. Nilai tukar rupiah menguat

Ekonom Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira mengatakan, kenaikan suku bunga acuan BI dapat membuat mata uang rupiah perkasa.

Hal ini lantaran kenaikan suku bunga membuat modal asing masuk ke Indonesia karena investor akan tertarik dengan imbal hasil surat utang Indonesia yang menjadi menarik.

"Itu bisa mencegah aliran modal keluar sehingga rupiahnya bisa lebih stabil," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, ditulis Senin (29/8/2022).

2. Mengendalikan inflasi

Kebijakan menaikkan suku bunga BI ini diambil BI dengan harapan dapat mengendalikan inflasi agar tidak melambung tinggi.

Namun, menurut dia, proses ini baru akan terasa jangka panjang karena inflasi saat ini lebih disebabkan oleh kenaikan harga bahan makanan dan energi, bukan dari banyaknya pasokan uang.

"Dampak positifnya harapannya bisa mengendalikan inflasi dari uang yang beredar," kata dia.

3. Imbal hasil surat utang Indonesia naik

Menurut dia, kenaikan suku bunga acuan ini akan menguntungkan investor karena dapat membuat imbal hasil surat utang Indonesia menjadi bertambah.

Pasalnya, dengan kenaikan suku bunga BI ini surat utang Indonesia dapat mengecilkan selisih bunga atau imbal hasil dengan surat utang Amerika Serikat (AS).

"Imbal hasil dari surat utang Indonesia dianggap semakin menarik kakrena mengikuti tingkat suku bunga di negara-negara maju," ucapnya.

4. Aliran modal asing masuk

Dengan imbal hasil surat utang Indonesia yang semakin menarik itu, maka investor akan berbondong-bondong masuk ke pasar surat utang Indonesia. Hal ini juga dapat mencegah aliran modal asing keluar.

"Kalau investor nih masukin surat utang wah untung besar karena kupon surat utangnya naik," kata Bhima.

5. Mengkompensasi penurunan devisa hasil ekspor

Menurut Bhima, BI menaikkan suku bunga acuannya karena mewaspadai pembalikan harga komoditas yang selama ini melambung tinggi dan menguntungkan Indonesia sebagai pengekspor sejumlah komoditas.

Sebab, jika harga komoditas turun maka permintaan dari devisa hasil ekspor dapat tertekan sehingga aliran modal dapat keluar.

"Jadi suku bunga dinaikkan itu untuk mencegah aliran modal keluar, untuk mengkompensasi penurunan devisa ekspor dari komoditas. Itu sebenernya poinnya," tukasnya.

6. Bunga deposito naik

Kenaikan suku bunga BI ini dapat membuat masyarakat yang menyimpan uang di deposito semingrah karena dengan kenaikan suku bunga BI maka perbankan akan menaikkan suku bunga produk depositonya.

Hal ini merupakan penyesuaian yang lumrah terjadi begitu bank sentral menaikkan suku bunga acuan. Sebab, perbankan tidak ingin simpanan nasabah di deposito ditarik lantaran nasabah sudah tidak tertarik dengan bunga deposito yang ditawarkan.

"Jadi alurnya, suku bunga acuan naik, bunga deposito naik untuk jaga likuiditas perbankan. Deposannya happy, uangnya tetap di perbankan disimpan tidak jadi dialihkan ke aset lainnya," jelas Bhima.

Baca juga: Suku Bunga Acuan BI Naik, Milenial Makin Sulit Punya Rumah?

Dampak negatif kenaikan suku bunga BI

1. Bunga kredit naik

Bhima melanjutkan, kenaikan bunga deposito ini rupanya menambah beban perbankan lantaran harus membayarkan imbal hasil deposito ke nasabah lebih tinggi.

Oleh karenanya, perbankan berupaya untuk menaikkan suku bunga kredit supaya tidak menanggung beban cost of fund yang terlalu tinggi.

"Bank itu kan juga cari dana lewat deposito, nah itu bunganya akan lebih mahal jadi akan membuat cost of fund dari perbankan akan naik. Itulah yang membuat semakin cepat bank menyesuaikan suku bunga pinjamannya," ucapnya."

2. Pertumbuhan kredit perbankan terganggu

Lantaran bunga kredit bank naik, maka akan berdampak pada pertumbuhan kredit perbankan. Sebab, dengan bunga kredit yang naik akan membuat masyarakat enggan mengambil pinjaman di perbankan.

Ditambah, perbankan saat ini masih belum selesai dengan restrukturisasi pinjaman saat Covid-19 di mana masih ada debitur yang belum mampu melakukan pembayaran kredit meski sudah diberikan relaksasi.

"Pertumbuhan kreditnya akan terganggu, risiko NPLnya (kredit macet) akan naik," ujar Bhima.

3. Daya beli masyarakat dan bisnis tergerus

Masyarakat akan terbebani oleh bunga kredit yang mengalami kenaikan pasca BI menaikkan suku bunga acuan. Hal ini membuat masyarakat sulit untuk membeli rumah hingga kendaraan dengan sistem kredit.

"Dari sisi konsumen mau beli kendaraan motor, leasing, KPR itu juga untuk bunga floating atau mengambangnya akan jadi lebih tinggi," kata Bhima.

Sementara kenaikan suku bunga kredit ini dibarengi oleh biaya hidup sehari-hari yang semakin naik karena inflasi sehingga masyarakat akan menggerus daya beli masyarakat.

"Akhirnya kenaikan suku bunga ini akan menekan masyarakat yang paling rentan. Jadi semakin dia bergantung dengan utang, semakin berat beban hidupnya," ucapnya.

Tak hanya membebani masyarakat, kenaikan bunga kredit juga dapat menambah beban pelaku usaha. Pasalnya, pelaku usaha umumnya mendapat modal usaha untuk membeli bahan baku dari pinjaman bank.

"Kalau pinjaman baru bunganya akan meningkat, beban biaya produksinya berarti akan lebih mahal," tambahnya.

4. Pertumbuhan ekonomi bisa melambat

Dengan pengaruh kenaikan suku bunga BI ke masyarakat dan pelaku usaha ini, maka dapat menggerus daya beli masyarakat dan memperlambat pertumbuhan bisnis nasional sehingga hal ini akan membuat pertumbuhan ekonomi menjadi terkontraksi.

"Pertumbuhan ekonomi akan terkontraksi nanti dia. Lebih agak melambat," tuturnya.

Baca juga: Tak Selalu Buruk, Kenaikan Suku Bunga BI Justru Untungkan Nasabah Deposito

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Digital Ekonomi Indonesia Mau ke Mana?

Digital Ekonomi Indonesia Mau ke Mana?

Whats New
Rancangan PP Disiapkan, Oknum Pembocor Data Pribadi Bisa Kena Sanksi Rp 60 Miliar

Rancangan PP Disiapkan, Oknum Pembocor Data Pribadi Bisa Kena Sanksi Rp 60 Miliar

Whats New
[POPULER MONEY] Masyarakat Diminta Tak Beli Barang dari LN via Jastip | Menko Airlangga: Toko Kelontong adalah Bisnis Menjanjikan

[POPULER MONEY] Masyarakat Diminta Tak Beli Barang dari LN via Jastip | Menko Airlangga: Toko Kelontong adalah Bisnis Menjanjikan

Whats New
Cara Beli Tiket Kapal Laut Online via Aplikasi dan Website

Cara Beli Tiket Kapal Laut Online via Aplikasi dan Website

Spend Smart
Cara Bayar Tagihan Listrik lewat DANA dengan Mudah dan Praktis

Cara Bayar Tagihan Listrik lewat DANA dengan Mudah dan Praktis

Spend Smart
Luhut Targetkan LRT Bali Dibangun Awal Tahun 2024

Luhut Targetkan LRT Bali Dibangun Awal Tahun 2024

Whats New
Sistem Pembayaran: Pengertian, Tujuan, dan Komponennya

Sistem Pembayaran: Pengertian, Tujuan, dan Komponennya

Earn Smart
UMKM di Gresik Ekspor Kulit Ikan Hiu dan Pari ke Hong Kong

UMKM di Gresik Ekspor Kulit Ikan Hiu dan Pari ke Hong Kong

Whats New
Indonesia Punya Waktu sampai 10 Tahun untuk Transformasi Ekonomi di Daerah Penghasil Batu Bara

Indonesia Punya Waktu sampai 10 Tahun untuk Transformasi Ekonomi di Daerah Penghasil Batu Bara

Whats New
Apa Itu Reksadana? Ini Pengertian dan Jenisnya

Apa Itu Reksadana? Ini Pengertian dan Jenisnya

Spend Smart
Tips Persiapkan Keuangan Sebelum Memasuki Masa Pensiun

Tips Persiapkan Keuangan Sebelum Memasuki Masa Pensiun

Earn Smart
Kilas Balik Kereta Cepat: Mendadak China dan Tudingan Rizal Ramli soal Bekingan Pejabat

Kilas Balik Kereta Cepat: Mendadak China dan Tudingan Rizal Ramli soal Bekingan Pejabat

Whats New
Usai Coba Kereta Cepat, Banyak Penumpang Lebih Pilih Argo Parahyangan

Usai Coba Kereta Cepat, Banyak Penumpang Lebih Pilih Argo Parahyangan

Whats New
Garuda Indonesia Targetkan Jumlah Penumpang Naik 60 Persen hingga Akhir 2023

Garuda Indonesia Targetkan Jumlah Penumpang Naik 60 Persen hingga Akhir 2023

Whats New
Intip Kekayaan Duo Pendiri Google, Larry Page dan Sergey Brin

Intip Kekayaan Duo Pendiri Google, Larry Page dan Sergey Brin

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com