Sedangkan faktor penyebab demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya.
Baca juga: Mengenal Poundsterling dan Sejarahnya Jadi Mata Uang Tertua di Dunia
Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas perekonomian.
Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam keputusan kegiatan ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut dapat bersifat adaptif atau forward looking.
Lebih lanjut, IMF menjelaskan bahwa penyebab inflasi tinggi yang berkepanjangan seringkali merupakan hasil dari kebijakan moneter yang longgar.
Jika jumlah uang beredar tumbuh terlalu besar terhadap ukuran perekonomian, nilai unit mata uang berkurang. Dengan kata lain, daya belinya turun dan harga naik.
Baca juga: Bukan BI, Ini Bank Sentral Pertama Setelah Indonesia Merdeka
Hubungan antara jumlah uang beredar dan ukuran perekonomian ini disebut teori kuantitas uang dan merupakan salah satu hipotesis tertua dalam ilmu ekonomi.
Menurut BI, inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin.
Baca juga: Daftar Gambar Uang Kertas Baru Emisi 2022 Rp 1.000 hingga Rp 100.000
Selain itu, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan.
Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Sejalan dengan itu, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah.
Baca juga: Pahami Pengertian Globalisasi Beserta Ciri-ciri dan Dampaknya
Adapun IMF meyebut, dalam lingkungan inflasi, kenaikan harga yang tidak merata pasti mengurangi daya beli beberapa konsumen, dan erosi pendapatan riil ini adalah satu-satunya biaya inflasi terbesar.
Akibat lain inflasi adalah juga dapat mendistorsi daya beli dari waktu ke waktu bagi penerima dan pembayar suku bunga tetap.
Misalnya, pensiunan yang menerima kenaikan uang pensiun tahunan tetap 5 persen. Jika inflasi lebih tinggi dari 5 persen, daya beli pensiunan turun.
Itulah ulasan mengenai apa itu inflasi, lengkap dengan beberapa penyebab hingga dampak inflasi. Sebagai pengingat, inflasi adalah kebalikan dari deflasi.
Baca juga: Mengapa Banyak Sarjana Menganggur dan Sulit Mencari Kerja?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.