Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkirakan Dollar AS Tahun Depan Bisa Rp 15.200, BI Ungkap Penyebabnya

Kompas.com - 31/08/2022, 16:11 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) mencermati berbagai faktor yang dapat menyebabkan nilai tukar rupiah melemah.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, nilai tukar rupiah tahun ini diperkirakan berada di kisaran Rp 14.500-14.900 per dollar AS dan bisa menjadi lebih terdepresiasi pada 2023 mencapai Rp 14.800-15.200 per dollar AS.

Menurut dia, saat ini berbagai negara maju sudah memasuki masa suku bunga tinggi lantaran tingkat inflasi akibat kenaikan harga energi dan pangan melonjak tajam.

Baca juga: BI Perkirakan Nilai Tukar Rupiah Bisa Mencapai Rp 15.200 di 2023

Misalnya pada bank sentral AS (The Fed) telah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 4 kali selama 2022 sebanyak 225 basis poins menjadi di level 2,25-2,50 persen.

Bahkan BI memperkirakan The Fed akan menaikkan kembali suku bunganya di September mendatang sebanyak 50-75 basis poin.

Suku bunga acuan yang tinggi ini dapat berdampak pada kenaikan imbal hasil US Treasury sehingga berisiko modal asing keluar (capital ouflow) dari negara-negara berkembang seperti Indonesia.

"Persepsi risiko yang sangat tinggi sehingga capital outflow risikonya masih tinggi," ujarnya saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (31/8/2022).

Selain itu, masih ada ketidakpastian pada ekonomi global yang mempersulit BI memperkirakan kondisi ekonomi termasuk nilai tukar rupiah ke depannya.

Dia menjelaskan, ketidakpastian ini terjadi akibat pandemi Covid-19 yang masih terjadi, gangguan rantai pasok global, perang Ukraina-Rusia, dan ketidakpuasan sosial di negara-negara maju.

"Ini perkembangan-perkembangan sangat dinamis dan ketidapastian itu mempersulit kita untuk memperkirakan ke depan," kata Perry.

Kendati demikian, dia bilang, BI akan meakukan berbagai upaya mendukung stabilitas nilai tukar rupiah, yaitu mengintervensi pasar spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), dan operasi stabilitas rupiah lainnya.

Kemudian, terdapat juga berbagai indikator ekonomi nasional yang mendukung stabilitas nilai tukar rupiah ke depannya.

"Kami perkirakan ada faktor-faktor positif yang menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, berkaitan dengan kondisi neraca pembayaran yang cukup baik, demikian juga persepsi positif global kepada Indonesia yang baik," tuturnya.

Baca juga: Imbas Kebijakan AS, RI Sudah Kehilangan Dana Asing hingga Rp 120 Triliun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com