Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Diterpa Ketidakpastian Global, Gubernur BI Yakin Pertumbuhan Ekonomi Nasional Akan Tumbuh Positif

Kompas.com - 31/08/2022, 16:40 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo yakin pertumbuhan ekonomi nasional masih akan tumbuh positif ke depannya meskipun kondisi global masih sangat dinamis.

Pertumbuhan ekonomi nasional ini didukung oleh berbagai indikator ekonomi yang saat ini masih menunjukkan kinerja yang positif baik dari sisi ekpor, indeks keyakinan konsumen, penjualan eceran, dan indeks PMI.

"Kami masih meyakini bahwa berbagai indikator menunjukkan pertumbuhan ekonomi kita tahun ini masih terus tumbuh positif," ujarnya saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (31/8/2022).

Baca juga: Bos OJK Prediksi Badai Ekonomi Bakal Berlangsung Lama

Oleh karenanya, BI memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional sampai akhir 2022 dapat bisa ke atas dari proyeksi BI sekitar 4,5-5,3 persen. Begitupun dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun depan yang masih akan tinggi.

"Untuk 2023 kami perkirakan pertumbuhan ekonomi masih bisa 4,5-5,3 persen tentu saja semuanaya masih akan sangat tergantung dari kebijakan fiskal yang disampaikan menkeu dan akan dibahas dalam RAPBN 2023," ucapnya.

Namun, dia bilang, terdapat tantangan yang harus dihadapi untuk menjaga agar pertumbuhan ekonomi nasional tetap sesuai target, yaitu pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat.

Pasalnya, melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia ini dapat menyebabkan nilai ekspor Indonesia ikut terhambat lantaran daya beli dunia tidak sebaik tahun-tahun sebelumnya.

Baca juga: BI Perkirakan Nilai Tukar Rupiah Bisa Mencapai Rp 15.200 di 2023

"Yang perlu dicermati tahun depan adalah karena pertumbuhan ekonomi dunia turun, tentu saja daya dukung dari ekspor tidak akan sekuat pada 2 tahun terakhir termasuk tahun ini," jelas Perry.

Dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi dunia terus direvisi ke bawah. Pada tahun 2022, BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia hanya 2,9 persen dan akan lebih rendah lagi di tahun 2023 akan menjadi 2,7 persen.

Hal ini dikarenakan kondisi global masih sangat dinamis akibat pandemi covid-19 yang masih beralngsung, gangguan mata rantai pasok dunia, perang Ukraina-Rusia, dan gelombang kenaikan suku bunga acuan di negara-negara maju.

"Kelihatan bahwa ini perkembangan-perkembangan sangat dinamis dan ketidapastian itu mempersulit kita untuk memperkirakan ke depan," tuturnya.

Baca juga: BI: Ekonomi Jakarta Lebih Baik daripada Ekonomi Nasional

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+