Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani: Minyak Jadi Alat Perang, Pergerakan Harganya Sulit untuk Diprediksi

Kompas.com - 31/08/2022, 19:10 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, pemerintah memperkirakan harga minyak mentah dalam asumsi RAPBN 2023 sebesar 90 dollar AS per barrel, yakni dengan rentang 80-100 dollar AS per barel. Angka itu lebih tinggi dari asumsi dalam APBN 2022 yang sebesar 63 dollar AS per barrel.

Menurutnya, harga minyak mentah pada dasarnya sulit diprediksi secara akurat karena pergerakannya sangat volatile atau bergejolak. Lantaran, saat ini harga minyak mentah tak hanya dipengaruhi oleh permintaan tetapi juga kondisi konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina.

"Harga komoditas ini sangat volatile karena dipengaruhi tidak hanya supply-demand, tetapi juga sudah menjadi alat perang dari sisi geopolitik competition. Sehingga prediksi dan behaviour dari harga minyak jadi sangat tidak pasti," ujarnya saat Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (31/8/2022).

Baca juga: Sri Mulyani Yakin Ekonomi Kuartal III-2022 Tumbuh di Atas 5 Persen

Ia mengatakan, pada tahun ini saja, berdasarkan forecast konsensus rata-rata harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan dunia, berada di level 105 dollar AS per barrel. Sementara Internasional Energy Agency memproyeksikan rata-rata harga minyak mentah Brent mencapai 104,8 dollar AS per barrel.

Di sisi lain, negara-negara pengekspor minyak mentah yang tergabung dalam OPEC menyatakan bahwa mereka tidak akan merespons gejolak harga minyak dunia dengan meningkatkan produksi secara signifikan. Kondisi ini tentu semakin membuat pasokan minyak terbatas di tengah permintaan yang tinggi.

"Ini menyebabkan suplai minyak jadi sangat terbatas bahkan karena terjadinya embargo (minyak mentah Rusia oleh negara-negara barat) menyebabkan harga semakin melonjak jauh di atas situasi normal," kata Sri Mulyani.

Baca juga: Inflasi Global Melonjak, Sri Mulyani Sebut Banyak Negara Dihadapkan Kondisi Pelik

Kendati demikiian, ia memperkirakan pergerakan harga minyak mentah yang volotaile tahun ini mungkin akan dinetralisir dengan forecast pertumbuhan ekonomi yang relatif melemah di tahun depan. Sehingga perkiraan harga minyak mentah di 2023 berpotensi sedikit di bawah 100 dollar AS per barrel.

"Maka untuk APBN pemerintah menggunakan 90 dollar AS per barrel untuk titiknya, range-nya antara 80-100 dollar AS per barrel," ungkap dia.

Di sisi lain, pemerintah memperkirakan lifting minyak di tahun depan dalam kondisi menurun, meski diharapkan beberapa sumur migas terutama milik PT Pertamina (Persero) bisa berproduksi lebih banyak.

Oleh karena itu, produksi hulu migas terus diupayakan meningkat dalam jangka menengah sesuai visi produksi minyak 1 juta barel per hari dan produksi gas 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) di tahun 2030.

"Kenaikannya (lifting) tidak signifikan di 660.000 per barrel per hari, dan untuk gas di 1,050 juta barel per hari, melihat tren 3 tahun terakhir memang untuk gas belum pernah sentuh angka 1 juta kecuali di sebelum pandemi," pungkas Sri Mulyani.

Baca juga: Sri Mulyani Ungkap Harga Asli Pertalite dan Solar Jika Tanpa Subsidi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com