Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Mau Disuntik APBN Lagi?

Kompas.com - 03/09/2022, 10:33 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber

KOMPAS.com - Pengiriman pertama rangkaian Kereta Cepat Jakarta Bandung dan kereta inspeksi sudah tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Sebagai informasi saja, baik trainset maupun relnya, seluruhnya diimpor dari China.

Kereta tersebut terdiri dari dua rangkaian, yakni satu rangkaian kereta cepat dan satu rangkaian kereta inspeksi. Rangkaian kereta cepat tersebut tiba setelah menempuh perjalanan dari Pelabuhan Qingdao, China.

Pihak China sendiri mengklaim rangkaian kereta yang dikirim dari negaranya ke Indonesia adalah kereta cepat pertama di Asia Tenggara.

Sementara itu, pembangunan konstruksi kereta cepat hingga saat ini sudah mencapai 86 persen, di mana mega proyek ini diharapkan akan selesai dan mulai beroperasi Juni 2023.

Baca juga: Jonan Dulu Bilang, Jakarta-Bandung Terlalu Pendek untuk Kereta Cepat

Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo, menyebutkan agar tak sampai mangkrak, pemerintah tengah menghitung pembengkakan biaya (cost overrun). Jika memungkinkan, APBN akan kembali dikucurkan.

Sebelumnya, proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung juga sudah disepakati mendapatkan kuncuran uang APBN melalui skema penyertaan modal negara (PMN) melalui PT KAI (Persero) senilai Rp 4,3 triliun.

"Tahun ini kami akan memasukan cost overrun sebesar Rp 3,2 triliun. Setoran awal (PMN Rp 4,3 triliun) sudah," kata Tiko, sapaan akrabnya, dikutip dari Kontan, Sabtu (3/9/2022).

"Saat ini BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) sedang melakukan audit kedua, semoga selesai satu atau dua minggu ini," tambah dia.

Baca juga: Dilema Kereta Cepat China: Pilih yang Murah, Hasilnya Tetap Mahal

APBN ikut menanggung

Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung mengalami pembengkakan biaya yang sangat signifikan. Target penyelesaiannya pun molor beberapa kali,

Adapun pembengkakan biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini menjadi 8 miliar dollar AS atau setara Rp 114,24 triliun, bertambah 1,9 miliar dollar AS (Rp 27,09 triliun) dari rencana awal sebesar 6,07 miliar dollar AS yang ekuivalen dengan Rp 86,5 triliun.

Dalam rapat dengan Komisi V DPR, Direktur Utama PT KAI (Persero) Didiek Hartantyo mengungkapkan penyebab biaya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung bengkak.

Rangkaian Kereta Cepat Jakarta-Bandung diturunkan dari kapal di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (2/9/2022). Rangkaian kereta tersebut merupakan pengiriman tahap awal dari pelabuhan Qingdao di Provinsi Shandong, China, pada 21 Agustus 2022 lalu.KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO Rangkaian Kereta Cepat Jakarta-Bandung diturunkan dari kapal di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (2/9/2022). Rangkaian kereta tersebut merupakan pengiriman tahap awal dari pelabuhan Qingdao di Provinsi Shandong, China, pada 21 Agustus 2022 lalu.

Didiek mengatakan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung memiliki banyak hambatan sehingga terjadi pembengkakan biaya. Hambatan ini bermula dari kontraktor dan kemudian pada tahun 2019 proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung terhambat karena pembebasan tanah.

Baca juga: Ambisi Kereta Cepat: Investasi Mahal, Didanai Utang, APBN Pun Nombok

Hambatan tersebut mulai biaya pembebasan lahan yang naik, enginering, procurement, construction (EPC), relokasi jalur dan biaya lainnya mendorong terjadinya cost overrun.

Awalnya, target penyelesaian Kereta Cepat Jakarta Bandung adalah di tahun 2019, lalu mundur ke tahun 2022. Belakangan, targetnya mundur lagi menjadi 2023.

"Sejak awal di pembebasan lahan ini antara 100 juta dollar AS sampai 300 juta dollar AS, yang besar juga EPC ini di angka 600 juta dollar AS sampai 1,2 miliar dollar AS, relokasi jalur-jalur kemudian biaya financing cost sendiri," kata Didiek.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com