Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Said Abdullah
Ketua Badan Anggaran DPR-RI

Ketua Badan Anggaran DPR-RI. Politisi Partai Demoraksi Indonesia Perjuangan.

Keluar dari Jebakan Energi Fosil

Kompas.com - 07/09/2022, 11:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Negara-negara Teluk bisa kaya raya karena mereka surplus minyak. Kita surplus batu bara, tetapi tidak memanfaatkan basis energi itu kita sejak tanda tanda oil decline. Namun era batu bara tidak bisa bertahan lama, sungguh disayangkan kita melewatkan waktu atas hal ini.

Agar kita bisa segera keluar dari jebakan energi fosil, kita perlu cermat melihat porsi konsumsi energi kita selama ini. Sektor transportasi mendominasi konsumsi energi kita sebanyak 46 persen, dibuntuti sektor industri yang mengambil 31 persen konsumsi energi, dan rumah tangga 17 persen.

Mayoritas pasokan energi bertumpu pada oil energy, selain listrik yang dipasok dari batu bara untuk menghidupkan pembangkit listrik.

Baca juga: Luhut: Energi Terbarukan Jadi Isu Prioritas Presidensi G20 Indonesia

Seharusnya di akhir era oil decline, transportasi dan industri kita dorong bersama menuju konsumsi berbasis listrik, termasuk juga program konversi energi untuk rumah tangga.

Lucunya, program konversi energi rumah tangga tidak ke listrik atau gas alam, malah ke elpiji yang bahan bakunya tetap minyak bumi. Harus kita akui, kita salah kebijakan pada masa lalu, dan menjadi pelajaran untuk segera memutar haluan.

Sesegera mungkin seluruh moda transportasi, industri, dan rumah tangga harus berkiblat ke listrik. Terlebih PLN memiliki kapasitas produksi yang cukup besar sejalan dengan program 35.000 megawatt.

Dewan Energi Nasional, Kementerian ESDM, Pertamina, PLN dan seluruh pabrikan harus berani mengambil langkah konkret. Bila haluan ini bisa kita tempuh lebih cepat, kecanduan kita terhadap minyak bumi akan turun drastis.

Era transportasi listrik sesungguhnya bukan hal baru. Saat Perang Dunia II berlangsung terjadi krisis BBM, pada tahun 1941 perusahaan Socovel dari Austria telah mampu memproduksi motor kecil digerakkan listrik.

Bahkan tahun 1974, Mike Corbin mampu membuat kendaraan listrik dengan kecepatan di atas 160 km/jam. Tahun 1995 Indonesia telah mampu membuat pesawat terbang N 250, seharusnya pula mampu menciptakan moda berbasis transportasi listrik, sehingga era oil decline tahun 1997 tidak perlu membuat kita cemas.

Seorang pejabat di pemerintahan memberikan hitung-hitungan investasi sekitar Rp 100 triliun untuk menjalankan program mobil, motor, dan kompor litrik. Artinya hanya seperlima dari anggaran subsidi dan kompensasi energi yang kita habiskan di tahun 2022 jika pemerintah tidak mengubah skema subsidi BBM.

Skema ini jauh lebih murah dan menguntungkan, ketimbang kita tiap tahun "membakar" ratusan triliun rupiah karena kecanduan oil energy.

Pada sisi supplier, PLN harus perlahan beralih konsumsi energinya dari batu bara ke energi baru dan terbarukan (EBT). Kita menyambut baik kebijakan pemerintah untuk tidak memberikan izin proyek pembangkit listrik tenaga uap baru pasca tahun 2025.

Langkah ini sebagai wujud komitmen Indonesia terhadap Perjanjian Paris. Transisi tiga tahun ini harus dipersiapkan oleh seluruh pihak, khususnya perbankan, perusahaan engineering, procurement dan kontruksi untuk segera beralih haluan.

Agar segera terjadi peralihan pola konsumsi dari oil ke listrik, maka tarif listrik harus lebih murah. PLN harus mengembangkan teknologi baru dan terbarukan.

Sekali lagi, pejabat pemerintah tadi memberi estimasi hitung-hitungan biaya investasi energi fosil dan EBT ternyata jauh lebih murah EBT. Cost per megawatt listrik jika menggunakan basis BBM membutuhkan 15-16 cent dolar, gas 9-10 cent, batu bara 5-6 cent, dan hidro 3-4 cent. Kita juga masih punya kekayaan energi dari tenaga surya, gelombang laut, angin yang melimpah.

Ke depan, sebagai wujud komitmen haluan baru kebijakan energi kita, Badan Anggaran DPR berjanji memberikan dukungan penganggaran penuh kepada pemerintah menempuh jalan ini. Langkah strategis ini harus kita kokohkan tanpa keraguan sedikitpun.

Betapa bahagianya kita memberi manfaat bagi segenap rakyat. APBN kuat, lingkungan sehat, energinya hebat, dan rakyatnya selamat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com