Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilih Instrumen Investasi Apa Saat Suku Bunga BI dan Harga BBM Naik?

Kompas.com - 08/09/2022, 06:30 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank OCBC NISP Tbk buka-bukaan terkait instrumen investasi yang dapat dipilih di tengah tren kenaikan suku bunga acuan BI dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Kepala Divisi Wealth Management Bank OCBC NISP Juky Mariska mengatakan, tren investasi di tahun ini masih sama seperti tahun sebelumnya, di mana banyak nasabah yang memilih produk investasi selain deposito.

Namun ke depannya, dengan adanya perkembangan ekonomi dan kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah seperti kenaikan harga BBM serta kenaikan suku bunga acuan, maka obligasi dan reksa dana dapat dipertimbangkan untuk menjadi investasi pilihan.

"Sebenarnya tahun ini sama tahun kemarin hampir sama. Karena kan suku bunga baru naik juga satu kali, jadi memang nasabah masih banyak memilih produk-produk di luar deposito seperti obligasi dan reksa dana itu masih cukup diuntungkan lah," ujar Juky kepada wartawan di First Crack Coffee, Jakarta, Rabu (7/9/2022).

Baca juga: Melihat Pergerakan Saham GOTO Usai Pengumuman Kenaikan Tarif Ojol

Obligasi

Dia menjelaskan, obligasi pada awal 2022 hanya menjadi pilihan nasabah-nasabah primer saja, tapi ke depannya obligasi patut dipertimbangkan sebagai investasi pilihan.

Pasalnya, saat ini baik bank sentral Amerika Serikat maupun Indonesia sama-sama berpeluang akan menaikkan kembali suku bunga acuannya di sisa tahun 2022.

"Dengan adanya kepastian dari The Fed dan suku bunga di Indonesia juga, harusnya untuk para nasabah yang mau obligasi sekarang ini sudah mulai boleh lagi untuk consider (mempertimbangkan) ke obligasi," ucapnya.

Baca juga: Mengenal Apa Itu ETF dan Bedanya dengan Reksa Dana Biasa

 

Reksa Dana

Tidak hanya obligasi, dia bilang, reksa dana juga dapat dipertimbangkan untuk menjadi investasi pilihan untuk jangka panjang.

Sebab, kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah seperti kenaikan suku bunga BI dan harga BBM dapat memperkuat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang saat ini sudah berada di level yang cukup tinggi yakni 7.200.

"Jadi saya rasa untuk nasabah yang mau investasi jangka panjang di reksa dana tahun depan seharusnya juga cukup bagus sih," kata Juky.

Dia menilai, kenaikan harga BBM dan suku bunga acuan dinilai sebagai sentimen positif bagi sektor investasi. Pasalnya, kebijakan ini dapat memperkuat fiskal dalam negeri.

"Sekarang kaya The Fed, Indonesia mulai menaikkan subung, harga BBM naik, kalau kita kemarin demo. Tapi sebenarnya kalau dari mata investor asing dan ekonomi itu bukan sesuatu yang jelek karena secara fiskal itu harusnya mendukung untuk pergerakan di IHSG," jelasnya.

Kendati demikian, dia menegaskan, apapun pilihan instrumen investasinya, nasabah tetap harus berinvestasi sesuai dengan profil risiko dan target investasi masing-masing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com