JAKARTA, KOMPAS.com - Harian Kompas melalui surveinya memotret gambaran terkini mengenai generasi sandwich di Indonesia.
Sebutan generasi sandwich melekat pada kelompok masyarakat berusia produktif yang memikul beban ekonomi generasi sebelumnya sekaligus anak dari keluarga mereka.
Dalam survei yang dilaksanakan pada 9-11 Agustus 2022 dengan melibatkan 504 responden dari 34 provinsi, tercatat 7 dari 10 responden menyatakan bahwa mereka adalah generasi sandwich.
Temuan ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat berusia produktif menanggung beban ekonomi dua lapis.
Baca juga: 5 Ide Side Hustle yang Bisa Dilakukan Generasi Sandwich dari Rumah
Ditinjau dari kelompok generasinya, responden dari generasi Y (usia 24-39 tahun) adalah yang paling banyak berada pada posisi impitan ekonomi.
Selain itu, tercatat juga 4 dari 10 responden generasi Y mengaku memberi bantuan ekonomi kepada orang tua atau mertua, saudara kandung, bahkan kerabat mereka.
Kelompok usia terbanyak kedua yang mengalami kondisi serupa yaitu dari generasi X (usia 40-55 tahun).
Apabila dicermati, generasi Y dan generasi X saat ini berada pada posisi memiliki orang tua yang menjelang atau sudah tidak pada usia produktif lagi. Keadaan ini dapat menjadi alarm bahwa penduduk dengan usia 24-55 tahun adalah yang paling rentan menjadi generasi sandwich.
Generasi yang juga dalam kondisi di ambang kerawanan yaitu dari generasi Z (usia kurang dari 24 tahun).
Dari kelompok usia tersebut sudah ada 16,3 persen yang mengaku menjalani hidup sebagai generasi sandwich. Bisa jadi angka ini akan meningkat seiring bertambahnya usia para generasi Z di masa mendatang.
Hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa beban ganda yang ditanggung oleh generasi sandwich terjadi pada semua lapisan sosial ekonomi.
Masyarakat dengan kemampuan ekonomi kuat hingga lemah sama-sama mengalami kondisi serupa. Perbedaannya terletak pada seberapa banyak generasi sandwich pada masing-masing kelas sosial ekonomi.
Terdapat separuh responden dari kalangan menengah bawah yang mengaku menanggung kebutuhan hidup dua generasi.
Responden dari kelompok sosial ekonomi inilah yang paling banyak menjadi generasi sandwich.
Selanjutnya, dari kalangan sosial ekonomi terbawah mengalami kondisi impitan serupa sebanyak empat dari sepuluh responden.
Dapat dikatakan mayoritas generasi sandwich berasal dari kalangan menengah bawah dan yang paling bawah.
Baca juga: Generasi Sandwich Harus Mulai Investasi dan Siapkan Dana Pensiun Sejak Awal Kerja
Nilai tanggungan generasi sandwich mencapai sepertiga dari total kebutuhan belanja bulanan
Impitan ekonomi yang dipikul generasi sandwich dari dua kelas sosial ekonomi tersebut semakin jelas tergambar ketika membandingkan antara nilai belanja bulanan dengan nilai bantuan yang diberikan.
Mayoritas kalangan bawah dan menengah bawah mencatatkan belanja bulanan senilai kurang dari Rp 3 juta.
Sementara itu, jumlah uang yang diberikan sebagai bantuan kepada anggota keluarga berada pada kisaran ratusan ribu hingga Rp 1 jutaan.
Melihat data tersebut, dapat dimaknai bahwa besarnya nilai tanggungan generasi sandwich dari kalangan bawah dan menengah bawah bisa mencapai sepertiga dari total kebutuhan belanja bulanan mereka sendiri.
Dari kacamata ekonomi, fenomena tersebut menjadi peringatan potensi pelemahan daya beli akibat tanggungan yang harus diemban.
Nilai tanggungan yang besar dari perspektif ekonomi menjadi suatu beban yang perlu segera diatasi. Namun, dari kacamata sosial, para responden mengaku bahwa mengemban beban ekonomi ganda bukanlah kondisi yang patut dikeluhkan.
Baca juga: Generasi Sandwich Itu Apa? Pahami Arti dan Dampak Generasi Sandwich
Dianggap bukan beban
Mayoritas responden jajak pendapat menyatakan bahwa kewajiban yang mereka tanggung tidak dipandang sebagai beban. Pernyataan ini disampaikan oleh responden dari semua kalangan sosial ekonomi.
Apabila diselisik lebih jauh lagi, pandangan generasi sandwich terhadap kondisinya dilatarbelakangi oleh budaya dan relasi kekerabatan khas masyarakat Indonesia.
Membiayai hidup atau memberi bantuan kepada orang tua dianggap sebagai tindakan yang mulia. Seorang anak sudah sepantasnya membalas budi kepada orang tua dan keluarga mereka.
Pandangan ini membuat suatu kondisi ketergantungan pada generasi sandwich adalah hal yang lumrah terjadi di masyarakat.
Baca juga: Simak Cara Memutus Mata Rantai Generasi Sandwich
Baca selengkapnya di artikel Harian Kompas Generasi "Sandwich" Membayangi Semua Tingkatan Ekonomi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.