Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Upaya Sampoerna Tekan Jumlah Perokok Anak di Indonesia

Kompas.com - 08/09/2022, 19:03 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT HM Sampoerna Tbk mengaku melakukan berbagai upaya-upaya untuk menekan jumlah perokok anak di Indonesia.

President Director of Sampoerna Vassilis Gkatzelis mengatakan, perusahaannya tidak mengizinkan anak di bawah umur untuk mengakses dan menggunakan rokok atau bentuk nikotin apa pun.

"Perokok anak adalah masalah yang sangat kompleks. Oleh karena itu, saya kira perlu kerja sama semua pihak untuk memeranginya yaitu pemerintah, swasta, orang tua, komunitas sosial," kata dia dalam wawancara khusus dengan Kompas.com, Rabu (9/8/2022).

Baca juga: Reksa Dana Dinilai Masih Prospektif di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Vassilis menambahkan, perusahaan induk Sampoerna, Philip Morris International (PMI), juga melakukan upaya-upaya agar anak di bawah umur tidak dapat mengakses rokok.

Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, Sampoerna mengaku menerapkan kebijakan pemasaran dan penjualan yang ketat. Misalnya dengan mengkomunikasikan kepada setiap penjual produk Sampoerna untuk melayani pembeli dewasa saja.

"Kami selalu memperingatkan tentang bahaya merokok. Kami memasukkannya ke dalam kemasan, materi iklan, dan media komunikasi, serta selalu mematuhi peraturan pemerintah," imbuh dia.

Baca juga: Hadapi Tantangan Global, Ini Strategi Bisnis Sampoerna di Indonesia

Di Indonesia, Sampoerna telah meluncurkan Program Pencegahan Akses Pembelian Rokok oleh Anak-anak. Sekurang-kurangnya terdapat sekitar 1,5 juta peritel yang telah diberikan kesadaran tentang masalah perokok anak.

"Kami telah mulai meluncurkannya program ini bertahun-tahun yang lalu," kata dia.

Sementara, Direktur Urusan Eksternal Sampoerna Elvira Lianita mengatakan, Sampoerna mengedukasi kepada para pedagang untuk tidak menjual rokok kepada anak-anak.

Pihaknya melakukan sosialisasi tersebut sejalan dengan PP 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan.

Baca juga: Reksa Dana Dinilai Masih Prospektif di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

"Kami menjalankan (pemasaran) produk ini dengan tanggung jawab, dengan mencegah akses anak-anak terhadap rokok atau produk tembakau. Kami menargetkan untuk memasarkan produk kepada pengguna produk tembakau atau perokok," sambung dia.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), persentase perokok anak yang berusia 10-18 tahun terus menurun dalam kurun 2018-2020. Pada tahun 2018, jumlahnya mencapai 9,65 persen.

Pada 2019, angkanya menurun menjadi 3,87 persen pada. Setahun berikutnya, jumlahnya kembali turun menjadi 3,81persen.

Secara rinci, anak berusia 10-12 tahun yang merokok sebesar 0,13 persen. Di usia 13-15 tahun, ada 1,64 persen anak yang merokok. Sedangkan, anak berusia 16-18 tahun yang merokok mencapai 10,07 persen.

Baca juga: Buruh Bakal Kembali Turun ke Jalan, Demo Tolak Kenaikan Harga BBM

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com