Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membandingkan Harga BBM Nonsubsidi Pertamina RI Vs Petronas Malaysia

Kompas.com - 09/09/2022, 13:49 WIB
Muhammad Idris

Penulis

BBM Vivo

  • Revvo 89: Rp 10.900 per liter
  • Revvo 92: Rp 15.400 per liter
  • Revvo 95: Rp 16.100 per liter

BBM Shell

  • Shell Super RON 92: Rp 15.420-15.750 per liter
  • Shell V-Power RON 95: Rp 16.130-16.470 per liter

BBM BP-AKR

  • BP 95: Rp 16.130 per liter
  • BP 92: Rp 15.420 per liter
  • BP 90: Rp 15.320 per liter

Sebagai informasi, pemerintah Malaysia hanya memberikan subsidi untuk bensin RON 95. Sementara untuk RON 97 tidak disubsidi sehingga banderolnya mengikuti harga pasar.

Meski harga BBM di Malaysia relatif sangat murah, namun bukan berarti jadi yang paling murah di Asia Tenggara. Harga bensin di Malaysia hanya kalah oleh Brunai Darussalam, Negeri Jiran lain yang selama ini terkenal memanjakan warga negaranya dengan BBM murah.

Baca juga: Mengapa Israel Begitu Kaya Raya?

Pertamina rugi jual Pertamax

Baru-baru ini, Pertamina menyatakan masih menerapkan jual rugi untuk produk Jenis BBM Umum (JBU) Pertamax, meski di sisi lain harga jual di dalam negeri sudah naik dan harga minyak mentah dunia sudah mulai turun.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menjelaskan, meski jual rugi, perusahaan tak bisa serta merta menaikkan harga Pertamax karena harus tetap melalui persetujuan pemerintah.

"Khusus Pertamax, ini agak berbeda," ucap Nicke dalam RDP dengan Komisi VI DPR RI dikutip dari live streaming kanal Youtube TV Parlemen.

"Kalau kita lihat kategorinya (Pertamax) dalam regulasi adalah JBU yang harganya itu fluktuatif disesuaikan ICP (Indonesia Crude Price), floating price. Tapi Pertamax kemudian pemerintah mengendalikan juga harganya," tambah dia.

Baca juga: Serangan Balik Putin: Rusia Setop Gas ke Eropa Jelang Musim Dingin

Alasan lainnya Pertamina tidak menaikkan harga Pertamax sesuai harga minyak mentah dunia, lanjut Nicke, karena nantinya dikhawatirkan masyarakat pengguna Pertamax akan beralih ke Pertalite jika selisih harganya terlalu lebar.

"Karena kalau Pertamax disesuaikan dengan market price, maka ini akan lebih banyak lagi yang ke Pertalite," beber Nicke.

Agar tidak menjual rugi Pertamax, penentuan harga JBU termasuk Pertamax, seharusnya diserahkan kepada badan usaha, dan dilepas ke mekanisme pasar alias mengikuti fluktuasi harga minyak mentah ICP.

Nicke bilang, selama ini, kerugian menjual Pertamax ditanggung Pertamina. Lantaran Pertamax bukan kategori Jenis BBM Tertentu (JBT) maupun Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP).

"Pertamax selisihnya itu yang menanggung Pertamina, jadi tidak diganti pemerintah, tidak ada. Tidak masuk. JBT adalah Solar, JBKP Pertalite, untuk Pertamax itu JBU secara aturan," terang Nicke.

"JBU lain selain Pertamax itu floating price, makanya kemarin ICP turun, itu turun juga," imbuh dia.

Baca juga: Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Mau Disuntik APBN Lagi?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com