Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Target Defisit APBN 2023 Turun, Pembiayaan Utang Susut Jadi Rp 696,3 Triliun

Kompas.com - 13/09/2022, 11:40 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah menargetkan pembiayaan utang sebesar Rp 696,3 triliun dalam RAPBN 2023. Angka itu menurun 8 persen jika dibandingkan outlook pembiayaan tahun ini yang mencapai Rp 757,551 triliun.

Target pembiayaan itu pun telah disepakati pemerintah bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dalam rapat panja pembahasan RAPBN 2023 pada Senin (13/9/2022).

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu menjelaskan, target penambahan utang di 2023 lebih rendah seiring dengan defisit anggaran yang ditargetkan mencapai 2,84 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau setara Rp 598,2 triliun.

"Pemerintah akan melaksanakan konsolidasi fiskal dengan mengarahkan defisit kembali maksimal 3 persen terhadap PDB, disertai reformasi fiskal yang komprehensif untuk menjaga keberlanjutan fiskal yang sehat dalam jangka menengah dan panjang," ujarnya.

Baca juga: Cadangan Devisa RI 132,2 Miliar Dollar AS, Setara 6 Bulan Impor dan Bayar Utang Luar Negeri Pemerintah

Sebagai informasi, defisit anggaran dalam beberapa tahun belakangan melampaui 3 persen sebagai konsekuensi atas kebijakan belanja yang ekspansif untuk penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional.

Pada 2020 defisit anggaran mencapai 6,14 persen, lalu di 2021 sebesar 4,57 persen, dan di 2022 diperkirakan mencapai 3,92 persen terhadap PDB. Pemerintah berupaya untuk di tahun depan defisit anggaran kembali ke masa sebelum pandemi atau di bawah 3 persen terhadap PDB.

Lebih lanjut, secara rinci, pembiayaan utang melalui penerbitan SBN secara neto ditargetkan sebesar Rp 712,9 triliun. Sementara penarikan pinjaman secara neto ditargetkan negatif Rp 16,6 triliun.

Artinya pembayaran cicilan pokok pinjaman ditargetkan lebih besar dibandingkan penarikan pinjaman baru yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

Pada pinjaman pemerintah, terdiri dari pinjaman dalam negeri (neto) sebesar Rp 749,5 miliar, serta penarikan pinjaman dalam negeri (bruto) dan pinjaman luar negeri (neto) negatif Rp 17,3 triliun.

Febrio mengatakan, bahwa tantangan volatilitas cukup tinggi di pasar keuangan global. Hal ini akan memberikan tekanan terhadap fluktuasi dari risiko tekanan pada imbal hasil (yield) surat utang negara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com