"Risiko tekanan pada yield SUN juga dipengaruhi oleh semakin ketatnya likuiditas global dan tekanan inflasi yang bagi kita di Indonesia masih relatif moderat," imbuhnya.
Secara rinci, arah kebijakan pembiayaan di tahun 2023 di antaranya tetap mendukung kebijakan fiskal yang ekspansif dan agenda pembangunan. Pengelolaan utang pun akan tetap dilakukan dengan hati-hati (prudent) dan berkelanjutan (sustainable).
"Akan mengendalikan tingkat rasio utang pada level yang aman dan kredibel, kemudian mendukung pendalaman pasar keuangan," kata Febrio.
Baca juga: Sri Mulyani: Kenaikan Utang RI Lebih Terukur Dibandingkan Negara Maju
Selain itu, akan mendorong pemanfaatan SAL untuk menjaga stabilitas ekonomi dan antisipasi ketidakpastian, serta mendorong efketivitas pembiayaan serta mendukung transformasi ekonomi.
Lalu mendorong inovasi pembiayaan antara lain penguatan peran BUMN, BLU, SWF, dan SMV serta mendorong skema KPBU yang lebih masif. Serta pengelolaan manajemen kas yang lebih integratif untuk menjaga fiskal buffer yang andal dan efisien
"Arah kebijakan utang 2023, tetap mengarahkan utang sebagai instrumen pendukung pencapaian target pembangunan yang dikelola secara prudent, efisien, dan sustainable," tutupnya.
Baca juga: Ambisi Kereta Cepat: Investasi Mahal, Didanai Utang, APBN Pun Nombok
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.