JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah Indonesia mulai mempertimbangkan opsi membeli minyak Rusia karena harganya murah dibandingkan dengan harga minyak international. Sebelumnya, China dan India sudah lebih dulu membeli minyak mentah Rusia dengan harga diskon tersebut.
Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi menyebutkan ada banyak dampak negatif jika pemerintah ngotot beli minyak Rusia. Mulai dari, Indonesia akan dituduh membiayai perang Rusia, hingga besarnya biaya risiko yang timbul.
“Kan baru mempertimbangkan, belum memutuskan, kalau diputuskan, berarti ini adalah keputusan yang bodoh. Karena, diluar itu ada beberapa biaya yang nantinya akan terjadi, seperti biaya angkut, risiko, hingga tuduhan membiayai perang Rusia,” kata Fahmi kepada Kompas.com, Selasa (13/9/2022).
Baca juga: Harga BBM Bakal Turun jika RI Beli Minyak Rusia? Ini Penjelasan BPH Migas
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mempertimbangkan untuk membeli minyak mentah asal Rusia. Pertimbangan ini diambil karena Moskow menawarkan diskon besar-besaran, dimana harganya jauh lebih murah dibandingkan harga di pasar minyak international.
"Semua opsi selalu kami pantau. Kalau ada negara dan mereka memberikan harga yang lebih baik, tentu saja. Ada kewajiban bagi pemerintah untuk mencari berbagai sumber untuk memenuhi kebutuhan energi rakyatnya," kata Presiden Joko Widodo kepada Financial Times, Senin (12/9/2022).
Baca juga: Jokowi Pertimbangkan Beli Minyak Rusia, Pengamat: Belum Tentu Harga BBM Turun...
Fahmi merinci, biaya yang dibebankan tersebut mencakup biaya angkut yang lebih mahal karena lokasinya yang lebih jauh. Kemudian, ada risiko akan dihadang oleh aktifis Greenpeace, seperti yang sempat terjadi pada April 2022 lalu, dimana sejumlah aktivis Greenpeace menghadang kapal tanker Pertamina International Shipping bernama Pertamina Prime.
“Biaya-biaya risiko seperti ini, merupakan risikonya. Belum lagi, diplomatic cost dimana AS yang munkin saja akan melarang ekspor komoditasnya ke Indonesia, yang juga akan mendorong kerugian negara. Jadi, meskipun ada diskon 30 persen, belum tentu itu bisa dinikmati semua, karena biaya-biaya tadi,” ujarnya.
Baca juga: Ini Dampaknya jika Indonesia Ngotot Beli Minyak Mentah dari Rusia
Fahmy juga mengungkapkan, dengan membeli minyak mentah Rusia, belum tentu akan menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Karena, bisa saja minyak Rusia tidak sesuai dengan kilang minyak yang ada di RI.
Ia mencontohkan impor minyak perusahaan migas Angola, Sonangol EP di tahun 2014. Menurut Fahmy, minyak Rusia belum tentu sesuai dengan syarat kilang minyak di Indonesia, seperti halnya minyak Angola. Jika dipaksakan maka kilang minyak di RI harus melakukan penyesuaian, yang mana hal ini akan memakan biaya ekstra.
“Minyak Rusia belum tentu sesuai dengan kilang minyak di Indonesia. Dulu pernah beli minyak dari Angola karena harganya juga murah. Tapi tidak bisa dipakai di kilang Indonesia karena harus melakukan penyesuaian, jatuhnya harga lebih mahal. Mungkin minyak Rusia juga seperti itu,” lanjut dia.
Fahmi mengimbau agar pemerintah Indonesia tidak terburu-buru memutuskan untuk membeli minyak mentah Rusia. Selain tidak menjamin diskon harga bisa menurunkan harga BBM, ada juga biaya yang tidak kecil yang timbul sebagai dampaknya.
“Sebaiknya enggak usah beli minyak Rusia, karena membeli minyak Rusia bisa itu tidak menurunkan harga BBM, mustahil itu,” tegas dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.