JAKARTA, KOMPAS.com - Energi terbarukan akan memainkan peran penting di masa depan. Meski demikian, minyak dan gas masih dibutuhkan untuk kepastian keamanan energi.
Oleh karena itu, isu transisi energi perlu ditangani secara hati-hati dengan mempertimbangkan kesinambungan, keamanan dan ketersediaan energi.
Demikian disampaikan Kepla Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto, saat pembukaan acara Oil & Gas Exhibition 2022, di Kuala Lumpur, Malaysia (13/9).
Kesempatan tersebut juga dihadiri Head of Malaysian Petroleum Management Mohammad Firouz Asnan, President & Group CEO Petronas, Datuk Tengku Muhammad Taufik serta beberapa pejabat otoritas migas Malaysia lainnya.
Baca juga: Kementerian ESDM: Forum G20 di Bali Jadi Pondasi Percepatan Transisi Energi
Oil & Gas Asia merupakan salah satu eksibisi migas terbesar di Asia, di mana pemangku kepentingan industri migas bertemu dengan para pengambil keputusan dari pemerintahan maupun perusahaan minyak nasional dan internasional. Event yang berlangsung 13-15 September 2022 ini menjadi wadah bertukar informasi mengenai teknologi dan trend terkini industri migas.
Menurut Dwi Soetjipto, salah satu isu global yang mempengaruhi industri migas dunia adalah transisi energi, sebagaimana disebutkan dalam protokol Kyoto, Paris Agreement, atau kesepakatan global lainnya yang juga dirancang oleh banyak negara, termasuk Indonesia. Komitmennya untuk mengurangi emisi karbon.
Dia bilang, di sektor migas, beberapa perusahaan migas ternama sudah memasukkan pengurangan emisi karbon ke dalam strategi portofolio mereka. Kondisi ini memperketat persaingan untuk menarik investasi ke sektor migas.
“Namun di sisi lain, pemulihan ekonomi dunia pasca pandemi Covid-19, dan krisis Rusia – Ukraina, turut mendorong naiknya permintaan dan harga migas. Dan oleh karenanya, tekanan untuk meningkatkan produksi migas juga semakin tinggi,” kata dia dalam siaran pers, Rabu (14/9/2022).
Dwi menambahkan, sebagai kawasan yang sedang berkembang, pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara merupakan yang tercepat di dunia, sehingga kawasan ini membutuhkan energi untuk menopang pertumbuhan tersebut.
Baca juga: Kementerian ESDM Sebut Transisi Energi Tidak Harus Meniadakan Batu Bara
“Kami mendukung penuh komitmen pemerintah terhadap energi terbarukan, namun kami juga sangat yakin bahwa sektor migas, khususnya gas, masih sangat relevan dalam memainkan peran yang lebih strategis dalam transisi energi. Tantangannya kini adalah bagaimana meningkatkan produksi, sekaligus mengurangi emisi karbon pada saat yang bersamaan,” lanjutnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.