Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siap-siap, Program Solar untuk Koperasi Nelayan Bakal Diuji Coba

Kompas.com - 15/09/2022, 16:03 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki memastikan Program Solusi Nelayan (Solar untuk Koperasi Nelayan) sudah siap untuk diujicobakan di Kampung Nelayan Desa Kedung Cowek, Bulak, Surabaya, Jawa Timur.

Rencananya, uji coba akan dilakukan selama 3 bulan ke depan di 7 lokasi yaitu Surabaya, Indramayu, Semarang, Pekalongan, Aceh Besar, Deli Serdang, dan Lombok Timur.

"Kita ingin para nelayan bisa membeli solar sesuai harga SPBU bukan harga dari pengecer, sehingga margin pendapatan nelayan akan bertambah dan semakin sejahtera," kata dia dalam siaran pers, Kamis (15/9/2022).

Baca juga: Sandiaga Uno Bagikan 3 Tips Sukses untuk Pelaku Ekonomi Kreatif

Ia mengatakan, nantinya koperasi nelayan akan mengelola SPBU khusus nelayan. Pengurus koperasi diwajibkan mendata anggotanya agar BBM yang dipasok oleh PT Pertamina (Persero) benar-benar tersalurkan secara tepat sasaran.

"Nanti yang bisa dapat BBM solar harus yang terdaftar di koperasi. Nah ini tugas dari koperasi nelayan untuk memastikan anggotanya untuk disiplin supaya teratur," kata Teten.

Dengan keberadaan SPBU khusus nelayan, Teten berharap nelayan bisa lebih mudah dan cepat dalam mendapatkan BBM.

Selama ini sekitar 60 persen biaya produksi nelayan untuk pengadaan BBM. Untuk itu diperlukan upaya agar biaya produksi para nelayan bisa ditekan.

Baca juga: BTN Pertimbangkan 2 Opsi Pemisahan Unit Usaha Syariahnya


Caranya yakni dengan memberikan kemudahan akses terhadap BBM yang murah sesuai harga resmi yang ditetapkan oleh Pertamina.

Sementara itu Executive General Manager Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus Deny Djukardi menambahkan di lokasi tersebut belum ada SPBU Nelayan.

Dengan begitu SPBU Nelayan menjadi penting agar nelayan membeli Solar dengan harga resmi. Untuk mempercepat realisasi pembangunan Pertashop khusus nelayan dibutuhkan berbagai persyaratan administratif.

Untuk itu ia berharap agar para nelayan yang tergabung dalam koperasi cepat dalam memenuhi persyaratan administratif tersebut.

"Kami perlu data-data terbaru dari para anggota koperasi. Memang kemarin ada beberapa kendala tapi saat ini sudah ada solusinya. Intinya dari Pertamina mendukung sekali untuk bisa melayani nelayan untuk mendapatkan BBM bersubsidi tepat sasaran dan tepat guna," ujar Deny.

Baca juga: 2023 Jadi Tahun Normalisasi, Bank Mandiri Prediksi Pertumbuhan Kredit Bakal Melambat

Sedangkan, Ketua Koperasi Bahari 64 Muhammad Sukron menyatakan, selama ini para nelayan mengeluhkan sulitnya mendapat BBM yang murah. Dengan jarak SPBU yang jauh, para nelayan terpaksa membeli ke pengecer dengan harga yang lebih mahal.

Untuk BBM jenis solar, nelayan mendapatkan harga dari pengecer dengan harga rata-rata Rp 10.000 sampai Rp 11.000 per liter. Sementara, harga untuk Pertalite Rp 12.000 per liter.

Padahal harga yang dipatok resmi oleh Pertamina untuk solar harganya Rp 6.850 dan pertalite Rp 10.000 per liter.

"Dengan adanya SPBU khusus bagi nelayan yang dikelola koperasi ini menurut saya akan menjadi langkah konkret untuk memberikan solusi bagi teman-teman nelayan dalam mendapatkan BBM. Selama ini permasalahan kami hanya soal BBM," kata Sukron.

Dijelaskan bahwa rata-rata kebutuhan BBM untuk nelayan setiap harinya sekitar 5 liter.

"Kebutuhan BBM solar ini sangat berdampak luar biasa bagi teman-teman nelayan di samping itu jarak melaut kita semakin jauh sehingga ongkosnya bertambah," kata dia.

Baca juga: BTN Akan Gunakan Dana Right Issue Rp 4,13 Triliun untuk Ekspansi Kredit

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com