Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herry Darwanto
Pemerhati Sosial

Pemerhati masalah sosial. Bekerja sebagai pegawai negeri sipil sejak 1986 hingga 2016.

Momentum Membangun Angkutan Umum yang Andal

Kompas.com - 15/09/2022, 18:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Transformasi Angkutan Umum

Namun angkutan umum kurang mendapat apresiasi warga. Banyak angkutan kota yang berhenti beroperasi, karena kekurangan penumpang.

Di pihak lain, angkutan kota tidak memberikan layanan yang memuaskan pengguna, seperti terlalu lama ngetem, memindahkan penumpang di tengah perjalanan, keamanan kurang terjamin.

Akibatnya warga kota banyak yang menggunakan kendaraan pribadi. Banyak keuntungan dengan menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan angkutan umum: fleksibel, cepat, dan relatif murah.

Setelah harga bensin Pertalite dinaikkan 30 persen pada 3 September pun, warga masih tetap memilih kendaraan pribadi. Ini terlihat secara sepintas dari tidak adanya perubahan kepadatan penumpang angkutan umum.

Pemerintah kota harus melakukan upaya ekstra untuk mendorong warga untuk naik angkutan umum.

Sebagai contoh, Pemerintah Kota Tangerang menyediakan angkutan bersubsidi, yaitu Bus Rapid Trans Trans-Kota Tangerang Ayo (disingkat Tayo) dan Si Bersih Nyaman Kota Tangerang (Si Benteng) untuk kelas mikrolet. Tarif kedua layanan kota ini hanya Rp 2.000.

Pada tahun 2021, Tayo mengangkut 491.773 penumpang, dan Si Benteng mengangkut 262.455 penumpang.

Jumlah penumpang ini masih sangat sedikit dibandingkan jumlah penduduk kota sebanyak 1,89 juta orang.

Pemerintah Kota Tangerang bahkan menggratiskan tarif selama 2 bulan sejak kenaikan BBM untuk menarik warga menggunakan kedua moda angkutan kota bersubsidi tersebut.

Kota Tangerang tidak unik, kota-kota lain juga menghadapi masalah yang sama. Keengganan warga untuk naik angkutan umum terlihat dari tingginya andil konsumsi BBM bersubsidi oleh kendaraan pribadi dibandingkan dengan kendaraan angkutan umum.

Maka untuk meningkatkan penggunaan angkutan umum, layanan angkutan umum perlu ditingkatkan dengan memberikan insentif yang lebih menarik, antara lain dengan memberikan subsidi BBM.

Namun hal itu perlu dilakukan secara cermat, agar peralihan dari kendaraan pribadi ke angkutan umum berjalan mulus, tanpa gejolak sosial.

Hal ini dapat dilakukan dengan pembatasan subsidi BBM untuk kendaraan pribadi secara bertahap, dan dengan segera namun terencana, memperluas cakupan kota-kota dan jangkauan wilayah pelayanan Angkutan Bis Cepat (Bus Rapid Transit) dengan skema BTS.

Ini berarti anggaran untuk program BTS perlu diperbanyak pada tahun 2023 dan tahun-tahun selanjutnya.

Untuk itu realokasi anggaran Kementerian Perhubungan dan anggaran pemerintah pusat secara keseluruhan perlu dilakukan, pada minggu-minggu ini, pada saat DPR sedang membahas RUU-APBN 2023 dengan pemerintah.

Momentum ini jangan sampai terlewat, demi mewujudkan angkutan umum perkotaan yang dapat diandalkan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Luhut Ungkap Tugas dari Jokowi Jadi Koordinator Investasi Apple di IKN

Luhut Ungkap Tugas dari Jokowi Jadi Koordinator Investasi Apple di IKN

Whats New
Bandara Sam Ratulangi Ditutup Sementara akibat Erupsi Gunung Ruang, 33 Penerbangan Terdampak

Bandara Sam Ratulangi Ditutup Sementara akibat Erupsi Gunung Ruang, 33 Penerbangan Terdampak

Whats New
Akankah Relaksasi HET Beras Premium Tetap Diperpanjang?

Akankah Relaksasi HET Beras Premium Tetap Diperpanjang?

Whats New
Proyek Perluasan Stasiun Tanah Abang Mulai Dibangun Mei 2024

Proyek Perluasan Stasiun Tanah Abang Mulai Dibangun Mei 2024

Whats New
Freeport Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda di Papua, Indef Sarankan Ini

Freeport Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda di Papua, Indef Sarankan Ini

Whats New
Obligasi atau Emas, Pilih Mana?

Obligasi atau Emas, Pilih Mana?

Work Smart
Tiru India dan Thailand, Pemerintah Bakal Beri Insentif ke Apple jika Bangun Pabrik di RI

Tiru India dan Thailand, Pemerintah Bakal Beri Insentif ke Apple jika Bangun Pabrik di RI

Whats New
KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

BrandzView
Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Whats New
Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Whats New
Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Whats New
HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

Whats New
Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Whats New
BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadhan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadhan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

Whats New
Satgas Pasti Blokir 537 Pinjol Ilegal dan 48 Penawaran Pinpri

Satgas Pasti Blokir 537 Pinjol Ilegal dan 48 Penawaran Pinpri

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com