Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024

Inflasi Pangan 8,93 Persen Agustus 2022, Ini Penyebab dan Strategi BI Menghadapinya

Kompas.com - 18/09/2022, 07:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) mencatat inflasi Indeks Harga Konsumen pada Agustus 2022 mencapai 4,69 persen karena inflasi pangan 8,93 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, meski inflasi pangan di Agustus 2022 turun dari bulan sebelumnya yang sebesar 10,47 persen, namun angka 8,93 persen ini masih terbilang tinggi.

"Inflasi harga pangan bergejolak mestinya harus turun di bawah maksimum 5 persen. Itulah kenapa gerakan nasional pengendalian inflasi pangan (GNPIP) menjadi penting," ujarnya saat Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah Pengendalian Inflasi Tahun 2022, dikutip dari YouTube BI Sabtu (17/9/2022).

Baca juga: Pengendalian Inflasi Pangan dan Pengembangan Klaster

Komoditas penyebab inflasi pangan

Berdasarkan data Tim Pengendalian Inflasi Pusat Kementerian Koordinatir Bidang Perekonomian, provinsi dengan tingkat inflasi tertinggi di periode ini ialah Jambi 7,70 persen, Sumatera Barat 7,10 persen, dan Kalimantan Tengah 6,94 persen.

Adapun komoditas utama yang memberikan andil kepada inflasi secara month to month (mtm) ialah bahan bakar rumah tangga, beras, dan aneka iklan.

Data yang sama menunjukkan, per pekan pertama September 2022, stok komoditas pangan strategis seperti bawang putih, daging ayam, dan daging sapi berada pada level surplus atau tahan di 34 provinsi.

Sementara stok komoditas cabai besar berada pada level rawan di 17 provinsi dan telur ayam berada pada level rawan di 8 provinsi.

Sedangkan stok cabai rawit dan cabai besar pada level rentan atau tidak aman di 10 provinsi serta bawang merah pada level rentan atau tidak aman di 6 provinsi.

Baca juga: RI Deflasi 0,21 Persen, Sri Mulyani Klaim Inflasi Pangan Bisa Diatasi

Penyebab inflasi pangan

Secara terpisah, Deputi Gubernur BI Doni P. Joewono mengatakan, penyebab inflasi dari kenaikan harga pangan ini lantaran terjadi permasalahan di sisi suplai.

Artinya, harga bahan pangan menjadi naik diakibatkan oleh terbatasnya stok komoditas pangan di banyak daerah. Kenaikan harga pangan inilah yang menyebabkan inflasi pangan menjadi tinggi.

"Prinsipnya ini adalah masalah supply side yang harus dikoordinasikan dengan pemerintah," ujar Doni saat dihubungi Kompas.com, Jumat (16/9/2022) malam.

Selain itu, Perry menyebut, kenaikan tarif angkutan akibat kenaikan harga BBM juga turut andil dalam melonjaknya inflasi pangan. Sebab tarif angkutan yang naik ini menambah biaya distribusi bahan pangan ke daerah-daerah yang kekurangan pasokan.

"Kalau ini rembetan kepada angkutan ini bisa dikendalikan, tentu saja dampak selanjutnya kepada harga-harga makanan yang lain, harga-harga yang lain yang mempengaruhi daya beli itu bisa dikendalikan," jelas Perry.

Baca juga: Sri Mulyani: Ketahanan Pangan RI Aman, tapi Waspada Tekanan Inflasi Pangan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman:


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+