Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitigasi Potensi Krisis Pangan, Badan Pangan Nasional Lakukan Hal Ini

Kompas.com - 19/09/2022, 17:06 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah potensi krisis pangan global, Indonesia saat ini dinilai masih memiliki ketersediaan pangan yang cukup.

Kondisi tersebut didasarkan kepada perhitungan neraca pangan nasional serta tingginya potensi pangan lokal yang beragam dan masih berpeluang besar untuk terus dikembangkan sebagai subtitusi bagi pangan impor.

Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, krisis pangan memiliki tingkatan tertentu.

Dia menjelaskan, suatu negara dikategorikan mengalami krisis pangan apabila sudah tidak bisa menjangkau makanan, tidak ada makanan yang tersedia, bahkan sampai kekurangan gizi dan mengalami gizi buruk.

“Kita bersyukur, saat ini Indonesia tidak mengalami hal tersebut. Ketersediaan pangan, berdasarkan perhitungan Neraca Pangan Nasional menunjukan bahwa pangan nasional dalam kondisi tersedia dan aman,” ujar Arief dalam siaran resminya, Senin (19/9/2022).

Baca juga: Tekan Inflasi, Badan Pangan Nasional Terbitkan Regulasi Penyaluran Cadangan Beras Pemerintah

Prognosa Neraca Pangan Nasional mencatat, sampai dengan akhir Desember 2022 komoditas yang mengalami surplus antara lain beras sebanyak 7,5 juta ton, jagung 2,8 juta ton, kedelai 250.000 ton, bawang merah 236.000 ton, bawang putih 239.000 ton.

Kemudian cabai besar 53.000 ton, cabai rawit 72.000 ton, daging ruminansia 58.000 ton, daging ayam ras 903.000 ton, telur ayam ras 191.000 ton, gula konsumsi 806.000 ton, dan minyak goreng 716.000 ton.

Dari sejumlah komoditas tersebut beberapa terjamin stoknya setelah dilakukan importasi, seperti kedelai, bawang putih, daging ruminansia, dan gula konsumsi.

Walau demikian, Arief mengajak semua pihak tetap waspada. “Sesuai arahan Presiden RI, saat ini tugas kita adalah memitigasi kondisi dunia yang tidak menentu agar di sisa tahun ini dan di tahun 2023 tidak gelap seperti yang diperkirakan,” ujarnya.

Baca juga: Stabilkan Harga Telur Ayam, Badan Pangan Nasional Gelar Operasi Pasar

Ia menjelaskan, mitigasi potensi krisisi pangan harus dimulai dari pendataan terkait stok awal, perkiraan produksi, serta angka kebutuhan atau konsumsi pangan, sehingga rencana anstisipasi dapat dilakukan lebih dini.

“Saat ini kami sudah rapihkan dan integrasikan data-data pangan tersebut, baik yang bersumber dari BPS, Kementerian Pertaniaan, Kementerian Perdagangan, serta Kemenko Perekonomian. Semua tertuang dalam Neraca Pangan Nasional yang setiap minggu kami laporkan perkembangannya kepada Presiden,” katanya.

Baca juga: Ini Jurus Badan Pangan Nasional Stabilkan Harga Telur Ayam

 

Tantangan krisis pangan dan kesempatan tingkatkan produksi pangan lokal

Langkah selanjutnya adalah mendorong keanekaragaman konsumsi. Masyarakat, kata Arief, jangan menggantungkan kebutuhan konsumsinya pada satu komoditas pokok saja.

Pasalnya, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, ditambah setiap daerah memiliki kekhasan masing-masing, termasuk kekhasan dalam hal konsumsi makanan pokok.

“Penganekaragaman konsumsi akan terus kami kampanyekan, melalui gerakan konsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman atau B2SA,” tuturnya.

Arief mengajak masyarakat memanfaatkan tantangan krisis pangan ini sebagai kesempatan untuk meningkatkan produksi pangan lokal.

“Di tengah terbatasnya produk impor, ini menjadi kesempatan kita untuk memproduksi di dalam negeri dan melakukan substitusi, seperti yang dilakukan di Papua dan Maluku dengan pangan berbahan dasar sagu,” ungkapnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com