Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penggunaan Kendaraan Listrik Bisa Tekan Impor Minyak Mentah hingga 30 Juta Barrel

Kompas.com - 19/09/2022, 18:00 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho memprediksi konversi kendaraan listrik di Indonesia mencapai 30 persen pada 2030. Hal itu diyakini akan dapat mengurangi 30 juta barrel minyak mentah impor.

“Manfaat dari proses ini adalah transisi energi. Kalau kita konversi target 30 persen di 2030 kita secara potensi bisa kurangi hampir 30 juta barrel dari minyak mentah impor. Atau dengan harga sekarang, 5-6 miliar dollar AS per tahun,” kata Toto dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Senin (19/9/2022).

Toto menyebutkan, dengan konversi ke kendaraan listrik di tahun 2030, Indonesia juga berpotensi untuk menekan emisi karbon hingga 9 juta ton atau sekitar 8-9 persen dari total emisi transportasi di Indonesia.

Baca juga: Soal Usulan Penghapusan Daya Listrik 450 VA, Ini Penjelasan Ketua Banggar DPR

Dengan tren di dunia saat ini yang lebih memperhatikan aspek lingkungan dan transisi energi, potensi penggunaan kendaraan listrik ke depannya juga positif. Di Indonesia, penggunaan kendaraan listrik pada tahun 2035 diperkirakan mencapai 500.000 hingga 600.000 per tahun untuk roda empat, dan 4 juta motor listrik per tahunnya.

Saat ini hampir 5 juta unit kendaraan listrik dijual dengan mayoritas konsumen utama dari AS, Eropa, dan China. Sementara itu, di Indonesia jumlah pengguna kendaraan listrik roda dua mencapai 14.000 unit. Namun posisi ini masih jauh dari total penggunaan motor listrik di China yang mencapai 30 juta unit.

“Perlu adanya penyediaan energi bersih dengan tarif listrik yang kompetitif untuk proyek-proyek EV Battery. Penggunaan EV di dalam negeri juga masih perlu didorong. Dengan meningkatnya penggunaan EV, maka demand EV Battery di dalam negeri akan meningkat sehingga produk yang dihasilkan dari proyek EV dapat diserap di dalam negeri," kata Toto.

Selain itu, tantangan dalam pengembangan industri EV Battery juga muncul dari calon mitra Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd (CBL), dan LG Energy Solution (LGES) yang menjadikan transaksi tambang sebagai milestones krusial sebelum berproses lebih lanjut pada negosiasi di value chain midstream dan downstream.

Baca juga: Penggunaan Kendaraan Listrik Diprediksi Naik 20 Persen pada 2035


“Yang terjadi saat ini mereka ingin keapastian jangka panjang, pola yang kita lakukan, mereka mendapat jaminan dari aspek mining, tapi mereka harus melakukan investasi di Indonesia, sehingga produksi battery cell itu terjadi di Indonesia,” ujar Toto.

Adapun strategi yang dilakukan IBC adalah dengan memasukkan proyek pengembangan industri EV Battery sebagai proyek strategis nasional untuk mendapatkan kemudahan perizinan (sudah terakomodir dalam Permenko Perekonomian Nomor 9 Tahun 2022).

Selain itu juga, IBC memberlakukan kebijakan insentif dan kemudahan bagi ekosistem kendaraan listrik agar bisa bersaing dengan kendaraan motor dengan BBM.

Baca juga: Pemerintah Bakal Ganti 189.803 Kendaraan Dinas Jadi Mobil Listrik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com