Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

The Fed Naikkan Suku Bunga, Harga Minyak Mentah Dunia Turun Sekitar 1 Persen

Kompas.com - 22/09/2022, 07:08 WIB
Kiki Safitri,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


NEW YORK, KOMPAS.comHarga minyak mentah dunia mengalami penurunan pada perdagangan Rabu (22/9/2022) waktu setempat. Penurunan harga minyak mentah dunia merespons kenaikan suku bunga The Fed 75 basis poin sebagai upaya menekan inflasi.

Dikutip dari CNBC, harga minyak mentah berjangka Brent turun 0,9 persen menjadi 89,83 dollar AS per barrel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 1,2 persen, menjadi 82,94 dollar AS per barrel.

Harga minyak mentah telah mengalami penurunan sekitar 1 persen ke level terendah hampir dua minggu dalam perdagangan yang bergejolak. Pada hari Rabu, Federal Reserve mengumumkan kenaikan suku bunga yang besar untuk menekan inflasi, yang mana hal ini bisa mengurangi aktivitas ekonomi dan permintaan minyak.

Baca juga: Naik 0,75 Persen, Suku Bunga Acuan The Fed Sentuh Level Tertinggi Sejak Krisis Ekonomi 2008

Pengumuman kenaikan suku bunga The Fed juga mengisyaratkan kenaikan yang lebih besar di masa mendatang. Aset berisiko seperti saham dan minyak jatuh karena sentimen tersebut, sementara nilai tukar dollar AS menguat.

Di awal sesi, harga minyak mentah dunia sempat naik lebih dari 2 dollar AS per barrel di tengah kekhawatiran tentang mobilisasi pasukan Rusia. Setelahnya, harga minyak mulai turun 1 dollar AS menyusul penguatan nilai tukar dollar. Hal ini juga didukung oleh permintaan bahan bakar yang lebih rendah di AS.

Menurut Administrasi Informasi Energi AS (EIA), selama empat minggu terakhir permintaan bensin AS mengalami penurunan menjadi 8,5 juta barrel per hari (bph), atau yang terendah sejak Februari.

Baca juga: The Fed Kembali Kerek Suku Bunga Acuan 0,75 Persen, IHSG Diproyeksi Melemah

“Titik data yang menonjol adalah melemahnya permintaan bensin yang berkelanjutan. Ini benar-benar yang menghantui pasar ini,” kata John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York.

AIE juga melaporkan kenaikan 1,1 juta barrel dalam stok minyak mentah pekan lalu, atau setengah dari perkiraan analis dalam jajak pendapat Reuters.

Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin mengutus 300.000 tentara cadangan untuk berperang di Ukraina, untuk menguasai beberapa bagian negara Ukraina. Putin juga menginsyaratkan pihaknya bersiap untuk menggunakan senjata nuklir.

Presiden AS Joe Biden menyebut apa yang dilakukan Rusia adalah ancaman yang tidak bertanggung jawab, terutama dalam hal penggunaan senjata nuklir. Seperti diketahui, harga minyak melonjak ke level tertinggi multi-tahun pada Maret setelah perang Ukraina pecah.

Sementara itu, sanksi Uni Eropa yang melarang impor minyak mentah Rusia melalui laut akan mulai berlaku pada 5 Desember. Analis di perusahaan konsultan energi Ritterbusch and Associates menilai, bukan saja masalah politik yang membebani harga minyak, tapi juga penguatan dollar AS.

"Sebagian besar penurunan harga minyak terjadi berkaitan dengan penguatan dolar AS dan kami masih memandang arah dolar AS jangka pendek sebagai komponen penting dalam menilai arah harga minyak jangka pendek," kata analis Ritterbusch and Associates.

Nilai tukar dollar AS mencapai nilait tertinggi selama lebih dari 20 tahun terhadap mata uang lainnya. Hal ini mendorong harga minyak mentah lebih mahal bagi negara yang tidak menggunakan dollar AS.

Di sisi lain, tanda-tanda pemulihan permintaan China memberi angin segar bagi kenaikan harga minyak yang terjadi di awal sesi perdagangan. Namun, data AS yang tidak terlalu baik mendorong dominasi pada harga minyak mentah.

Analis di perusahaan konsultan energi EBW Analytics mengatakan, di Eropa, pemerintah semakin mengintervensi pasar energi dalam upaya untuk mencegah krisis ekonomi. Jerman setuju untuk mengambil alih perusahaan gas alam Uniper SE, sementara Pemerintah Inggris mengatakan akan membatasi biaya listrik dan gas untuk bisnis.

Baca juga: Konversi Kompor Listrik, Pengamat: Masyarakat Terlanjur Nyaman dengan Elpiji

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com