Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Diprediksi Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 4 Persen

Kompas.com - 22/09/2022, 09:08 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4 persen pada Rapat Dewan Gubernur BI September 2022.

Ekonom sekaligus Co-Founder dan Dewan Pakar Institute of Social, Economics and Digital (ISED) Ryan Kiryanto menjelaskan, prediksi ini lantaran BI perlu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mengendalikan tingkat inflasi agar tetap di kisaran 2-4 persen.

Di sisi lain, BI juga perlu menjaga momentum pertumbuhan ekonomi setelah pandemi Covid-19, sehingga BI diperkirakan akan menaikkan kembali suku bunga acuannya.

Baca juga: Naik 0,75 Persen, Suku Bunga Acuan The Fed Sentuh Level Tertinggi Sejak Krisis Ekonomi 2008

"RDG BI 22 September 2022 diperkirakan akan melanjutkan kenaikan BI7DRRR tetap sebesar 25 bps menjadi 4,0 persen dengan lending dan deposit facility yang juga naik dengan poin persentase yang sama (25 bps)," ujar Ryan dalam keterangan tertulis, Rabu (22/9/2022).

Menurutnya, dengan inflasi tahunan per Agustus lalu yang sebesar 4,69 persen, inflasi September berkisar 5,9 persen, dan ekspektasi inflasi sepanjang 2022 sebesar 5,24 persen, maka kenaikan BI7DRRR sebesar 25 bps merupakan opsi keputusan yang tepat.

Sebab, dorongan inflasi Agustus dan September dipicu oleh kenaikan harga BBM dengan efek ikutannya pada kenaikan tarif angkutan umum dan harga barang2 kebutuhan pokok.

Hal itu, kata dia, dapat meningkatkan ekspektasi inflasi di 2022 ini akan melampaui target inflasi BI yang sebesar 2-4 persen dan target inflasi pemerintah yang sebesar 3 persen di APBN 2022.

"Jadi pendorong kenaikan BI Rate mutlak karena adanya kenaikan realisasi inflasi hingga akhir bulan ini ditambah kenaikan ekspektasi pasca kenaikan harga BBM," jelasnya.

Baca juga: The Fed Kembali Kerek Suku Bunga Acuan 0,75 Persen, IHSG Diproyeksi Melemah

Selain faktor internal, BI juga akan memperhitungkan faktor eksternal, yaitu berupa konsensus perkiraan kenaikan suku bunga oleh The Fed yang agresif sebesar 75 bps pada pertemuan FOMC September ini menjadi 4-4,25 bps untuk mengerem laju inflasi Amerika Serikat yang tinggi di Agustus 2022 sebesar 8,3 persen.

Dengan faktor pendorong dari internal dan eskternal tersebut, menurutnya, ruang bagi BI untuk menahan suku bunga acuannya tipis sekali.

"Jadi dengan pertimbangan domestik dan eksternal, RDG BI yang menaikkan BI Rate 25 bps merupakan keputusan tepat," ucapnya.

Menurutnya, besaran kenaikan suku bunga acuan sebanyak 25 bps ini menjadi ukuran atau takaran yang tepat untuk melanjutkan kenaikan suku bunga acuan BI pada RDG BI Agustus lalu dengan besaran yang sama. Sekaligus ini memberikan sinyal keputusan tersebut betul-betul hati-hati, preemptive dan cenderung masih pro pertumbuhan.

Selain itu, apabila sektor perbankan kemudian akan juga menyesuaikan suku bunga simpanan dan kreditnya, hal itu merupakan respons kebijakan yang lumrah atau wajar sesuai dengan mekanisme pasar.

Oleh karena itu, lanjutnya, dengan menaikkan suku bunga acuan yang terukur dengan besaran hanya 25 bps di tengah momentum pertumbuhan dan indikator utama makroekonomi yang tetap terjaga dengan baik, diharapkan tidak akan terlalu berdampak kontraktif pada pertumbuhan ekonomi.

"Dengan upaya mencapai target inflasi 2-4 persen di tahun ini, opsi menaikkan BI Rate kali ini sudah tepat dari segi timing dan besaran kenaikannya," ungkap Ryan.

Baca juga: The Fed Naikkan Suku Bunga, Harga Minyak Mentah Dunia Turun Sekitar 1 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com