Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan BI Naikkan Suku Bunga Acuan 50 Basis Poin

Kompas.com - 22/09/2022, 17:00 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Tidak hanya dari sisi moneter, BI juga berkoordinasi dengan pemerintah untuk mengendalikan inflasi dengan menhaga pasokan dan permintaan melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan.

2. Memastikan inflasi inti kembali ke sasaran

Selain untuk menurunkan ekspektasi inflasi IHK di tahun ini, BI juga ingin memastikan inflasi inti di Kuartal III 2022 dapat terkendali di batas sasaran 3 persen plus minus 1 persen.

Namun, lantaran efek dari kebijakan moneter seperti kenaikan suku bunga terhadap inflasi baru akan terasa 4 kuartal kemudian, BI sudah mulai bersiap dari bulan ini dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps.

Baca juga: Menteri Bahlil Sebut Masih Terjadi Ketidakadilan Arus Investasi

Pasalnya, pada Agustus 2022, inflasi inti tercatat sebesar 3,04 persen dan berpotensi mengalami kenaikan ke depannya akibat dampak lanjutan dari penyesuaian harga BBM dan menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan.

“Kenapa harus front loaded, preemptive, dan forward looking? Karena dampak dari kebijakan moneter khususnya kebijakan suku bunga terhadap inflasi itu perlu waktu kurang lebih 4 kuartal. Oleh karenanya, perlu kita lakukan sejak sekarang agar ekspektasi inflasi yang sekarang sudah meningkat bisa segera turun agar dampak second roundnya tidak terlalu tinggi sehingga dampak inflasinya bisa lebih terkendali,” jelas Perry.

Adapun inflasi inti adalah inflasi yang menunjukkan kekuatan permintaan dari sisi ekonomi.

3. Memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah

Tidak hanya soal inflasi, alasan BI menaikkan suku bunga acuan juga untuk memperkuat langkah intervensi untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.

Perry mengatakan dengan kenaikan suku bunga acuan maka diharapkan nilai tukar rupiah akan kembali ke titik fundamentalnya.

Pasalnya, saat ini current account defisit RI sangat rendah sedangkan kondisi neraca pembayaran RI sangat baik, seharusnya kedua hal tersebut mampu membuat nilai tukar rupiah menguat bukan melemah seperti saat ini.

“Tentu saja langkah kenaikan suku bunga yang front loaded, preemptive, dan forward looking ini juga sebagai langkah untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah,” ungkapnya.

Baca juga: Isu Pertalite Lebih Boros Setelah Naik Harga, Pertamina: Tak Ada Perubahan Spesifikasi

Hal ini terbukti dari pelemahan nilai tukar rupiah yang sedikit terpangkas setelah pengumuman kenaikan suku bunga acuan BI di penutupan perdagangan hari ini, Kamis (22/9/2022).

Melansir data Bloomberg, sebelum BI mengumumkan hasil RDG, tepatnya pada pukul 14.00-14.10 WIB, nilai tukar rupiah diperdagangkan pada kisaran Rp 15.038 - Rp 15.044 per dollar AS.

Namun, setelah Gubernur BI Perry Warjiyo mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin, laju pelemahan rupiah langsung mereda.

Adapun sampai dengan akhir sesi perdagangan, nilai tukar rupiah melemah 26 poin atau 0,17 persen ke Rp 15.023 per dollar AS.

Baca juga: BI Ungkap Penyebab Kenaikan Harga Pangan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Work Smart
Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Whats New
Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Whats New
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Whats New
Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Earn Smart
Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Whats New
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Whats New
Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Whats New
Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Spend Smart
Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Whats New
Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com