Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Hitler Bangun Ekonomi Jerman yang Hancur Lebur usai Perang

Kompas.com - 23/09/2022, 08:47 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber BBC

Selain infrastruktur sipil, selama berkuasanya Partai Nazi, banyak pekerja terserap untuk membangun proyek-proyek militer dalam skala masif. Pesatnya pembangunan militer Jerman memicu pertumbuhan industri persenjataan yang sebelumnya sempat mati suri.

Secara tidak langsung, industri militer membuat industri terkait seperti industri baja, industri pesawat terbang, dan pembuatan kapal berkembang maju di era Nazi yang pada akhirnya bisa menyerap banyak pekerja.

Industri senjata berkontribusi atas sebagian besar pertumbuhan ekonomi antara tahun 1933 dan 1938. Program persenjataan kembali dimulai segera setelah Hitler berkuasa, namun baru secara resmi diumumkan Hitler pada tahun 1935.

Baca juga: Sejarah Uang di Nusantara: Era Majapahit, VOC, Belanda, hingga Jepang

Pada tahun 1933, dana sebesar 3,5 miliar mark dihabiskan untuk memproduksi tank, pesawat terbang, dan kapal, dan pada 1939 yang jumlahnya menjadi 26 miliar mark.

Ini menciptakan jutaan pekerjaan bagi pekerja Jerman. Penggunaan minyak, besi dan baja semuanya tiga kali lipat, menciptakan berbagai pekerjaan yang berbeda di sektor lain.

3. Bangun ribuan km jalan tol

Sisi baik dari Nazi Jerman adalah soal infrastruktur jalan tol atau autobahn. Hitler membangun ribuan kilometer jaringan jalan tol di Jerman hanya dalam kurun waktu singkat yang saling menghubungkan kota-kota industri sepanjang 7.000 kilometer.

Pembangunan autobahn juga menyerap 80.000 pekerja selama masa konstruksinya. Selain itu, pembangunan jalan tol yang masif ini mendorong pertumbuhan industri otomotif Jerman.

Industri di Jerman sangat terbantu dengan kehadiran jalan tol yang dibangun Nazi karena ongkos logistik yang turun drastis.

Baca juga: Bagaimana Ekonomi Timor Leste Setelah 18 Tahun Merdeka dari Indonesia?

4. Melarang impor

Di era Nazi, Jerman benar-benar menutup hampir semua barang impor yang masuk ke negaranya. Impor hanya diizinkan untuk barang-barang bersifat strategis dan tak mampu diproduksi di dalam negeri.

Untuk kemandirian pangan, lahan-lahan juga dibuka untuk membuat kebutuhan pangan tercukupi dari dalam negeri, baik dari sektor pertanian maupun peternakan. Selain tak ada persaingan dengan komoditas pertanian impor, para petani Jerman juga menikmati subsidi dari pemerintah.

Namun kebijakan untuk kemandirian pangan ini tak begitu berhasil mengingat banyak pekerja yang terserap ke sektor industri dan masalah keterbatasan lahan. Menjelang pecahnya Perang Dunia Kedua, Jerman masih mengimpor 20 persen makanan.

5. Peningkatan kualitas hidup

Kehidupan di Jerman di era Nazi bisa dibilang banyak mengalami perbaikan. Setiap orang memiliki pekerjaan dan upah yang cukup. Nazi sampai mendirikan badan untuk menyelenggarakan hiburan bagi warganya bernama KdF.

Baca juga: Sisi Kelam Ukraina: Bisnis Surogasi Rahim atau Pabrik Bayi

Badan tersebut menyelenggarakkan hiburan rakyat seperti bioskop, teater, dan paket liburan yang semuanya diberikan secara gratis dengan syarat-syarat tertentu yang tak begitu sulit.

Orang Jerman yang bekerja di konstruksi juga diberikan akses untuk fasilitas umum seperti rumah sakit dan pendidikan.

Bahkan, Nazi merancang skema untuk memungkinkan pekerja membeli mobil Volkswagen Beetle dengan pembayaran cicilan mingguan yang kecil.

Baca juga: Cerdiknya Putin Saat Wajibkan Bayar Gas Rusia Pakai Rubel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com