Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Kenaikan Suku Bunga Acuan BI, Ekonom: Biaya Hidup Masyarakat Jadi Lebih Mahal

Kompas.com - 23/09/2022, 14:38 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen. Hal ini tentu akan berdampak ke berbagai sektor perekonomian.

Ekonom sekaligus Ekonom Center of Economics and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, kenaikan suku bunga acuan BI dapat menyebabkan biaya hidup masyarakat jadi lebih mahal.

Pasalnya, kenaikan suku bunga acuan BI dapat berimbas pada kenaikan suku bunga kredit sedangkan di sisi lain daya beli masyarakat masih belum pulih seperti sebelum pandemi Covid-19.

Baca juga: BI Naikkan Suku Bunga Acuan 50 Bps, Ekonom: Indikasi Langkah Pengetatan Dimulai

Terlebih pada bulan ini pemerintah telah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) yang menyebabkan inflasi harga barang dan jasa ikut naik.

"Ini berarti masyarakat tertimpa beban ganda. Masyarakat harus mengeluarkan biaya hidup yang lebih mahal karena tertekan inflasi. Sementara dari sisi pendapatan masih belum pulih seperti pra-pandemi, (sekarang) masih banyak yang terdampak dari pandemi," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (23/9/2022).

Lebih lanjut dia menjelaskan, kenaikan suku bunga acuan BI yang berdampak pada kenaikan bunga kredit ini akan mendesak masyarakat untuk membayar cicilan yang jauh lebih besar. Salah satunya untuk kredit konsumtif seperti kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB).

Baca juga: Suku Bunga Acuan BI Naik, Bank Bakal Segera Kerek Bunga Kredit?

"Karena harga rumahnya naik, pendapatan tidak bisa mengimbangi kenaikan harga rumah plus bunga pinjaman KPR floating ratenya juga semakin mahal," ucapnya.

Tidak hanya itu, hal ini juga dapat menekan daya beli masyarakat yang tadinya ingin membeli rumah atau kendaraan secara kredit, karena suku bunga kredit naik maka mereka menahan keinginannya tersebut.

"Kalau misalnya mampu membeli rumah, tentu lokasinya akan sangat jauh dari kantor atau tempat kerja mungkin bisa 2 jam perjalanan," tambahnya.

Selain itu kenaikan bunga kredit, kenaikan harga BBM juga dapat menurunkan minat masyarakat untuk mengambil kredit kendaraan untuk tahun ini dan tahun-tahun mendatang. Hal ini tentu akan memukul sektor usaha otomotif.

"Pada 2014, kenaikan harga BBM itu menurunkan penjualan sepeda motor sampai 14 persen lebih. Sementara saat ini BBMnya sudah naik, bunga untuk leasing sepeda motornya juga akan mengalami kenaikan sehingga menurunkan minat masyarakat untuk mengambil kredit kendaraan bermotor untuk tahun ini dan tahun-tahun akan datang," jelasnya.

Baca juga: Suku Bunga dan Biduk Kebijakan Bank Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com