Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurs Rupiah Hari Ini Masih Tembus Rp 15.000, BI Ungkap Penyebabnya

Kompas.com - 23/09/2022, 19:38 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) membeberkan penyebab pelemahan kurs rupiah sepekan terakhir, Kurs rupiah hari ini sudah berada di atas Rp 15.000 per dollar Amerika Serikat (AS).

Mengutip data Bloomberg, pergerakan kurs rupiah hari ini dibuka menguat di level Rp 15.013 per dollar AS dibandingkan level penutupan sebelumnya Rp 15.023 per dollar AS.

Namun, pergerakan positif nilai tukar rupiah hari ini tidak bertahan lama. Beberapa saat kemudian, kurs rupiah terus melemah hingga ditutup di level Rp 15.037 per dollar AS atau melemah 0,10 persen.

Baca juga: Rupiah Resmi Melemah 7 Hari Berturut-turut

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto mengatakan, pasca Federal Open Market Committee (FOMC) bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bps) pada 22 September lalu, memberikan sinyal stance The Fed tetap hawkish ke depannya.

Hal ini menyebabkan hampir semua mata uang di negara-negara Asia termasuk kurs rupiah Indonesia secara umum masih terus mengalami pelemahan.

Namun, nilai tukar rupiah setelah BI mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 bps, sempat mengalami sedikit kenaikan meski tetap ditutup melemah 26 poin atau 0,17 persen ke Rp 15.023 per dollar AS.

"Kemarin kurs rupiah melemahnya termasuk paling rendah, karena pasca pengumuman BI rate kurs rupiah sempat mengalami penguatan," ujar Edi dalam keterangannya, Jumat (23/9/2022).

Baca juga: Rupiah Tertekan, Gubernur BI: Relatif Lebih Baik Dibandingkan Sejumlah Mata Uang Negara Lain

Dia melanjutkan, pergerakan kurs rupiah hari ini yang bertahan melemah disebabkan oleh dirilisnya data Consumer Confidence atau Kepercayaan Konsumen di United Kingdom yang mencatatkan level terendah baru yakni minus 49.

Adapun level terendah baru Kepercayaan Konsumen di United Kingdom ini turun lebih jauh dibandingkan perkiraan dari hasil survey yakni minus 42 lantaran terjadi krisis biaya hidup.

Penurunan Kepercayaan Konsumen di United Kingdom semakin membangun kekhawatiran negara-negara akan terjadinya krisis ekonomi global.

"Hal tersebut yang menyebabkan banyak mata uang khususnya di emerging market (negara berkembang) yang mengalami pelemahan," ungkapnya.

Kendati demikian, BI tidak hanya berpangku tangan melihat salah satu faktor pelemahan kurs rupiah ini.

Dia mengatakan, BI akan selalu mengawal pasar valuta asing melalui triple intervention, yaitu melalui transaksi spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), dan pembelian atau penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

"Tentu kami mengawal di pasar melalui triple intervention, untuk smoothing agar tidak terjadi pelemahan (kurs rupiah) yang berlebihan dan mekanisme pasar tetap terjaga," tuturnya.

Selain itu, BI juga akan melanjutkan penjualan atau pembelian SBN di pasar sekunder (operation twist) untuk memperkuat stabilisasi kurs rupiah dengan meningkatkan daya tarik imbal hasil SBN bagi masuknya investasi portofolio asing melalui kenaikan imbal hasil SBN tenor jangka pendek sejalan dengan kenaikan suku bunga acuan BI dan kenaikan struktur yield SBN jangka panjang yang lebih rendah, dengan pertimbangan tekanan inflasi lebih bersifat jangka pendek dan akan menurun kembali ke sasarannya dalam jangka menengah panjang.

Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Masih Tertekan, Dollar AS Setara Rp 15.026

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com