Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenaikan Suku Bunga Acuan BI Diyakini Tahan Pelemahan Rupiah

Kompas.com - 23/09/2022, 20:00 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen. Hal ini dilakukan untuk stabilisasi kurs rupiah.

Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira meyakini kenaikan suku bunga acuan BI akan menahan pelemahan rupiah. Sebab kurs rupiah akan terdampak jika BI tidak kembali menaikkan suku bunga acuannya.

Pasalnya, bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, sudah 5 kali menaikkan suku bunga acuannya sepanjang 2022, totalnya sebesar 300 bps. Dibandingkan The Fed, BI sepanjang 2022 baru 2 kali menaikkan suku bunga acuannya, totalnya 75 bps.

Baca juga: Dampak Kenaikan Suku Bunga Acuan BI, Ekonom: Biaya Hidup Masyarakat Jadi Lebih Mahal

Hal ini akan menyebabkan selisih ilmbal hasil antara US Treasury dengan Surat Berharga Negara (SBN) menjadi semakin ketat. Investor global akan berburu instrumen berdenominasi dollar AS sehingga mata uang Garuda tidak lagi menarik.

"(Jika BI tidak naikkan suku bunga) dampaknya pelemahan nilai tukar rupiah bisa terjadi karena investor asing akan beralih ke instrumen dengan bunga lebih menarik," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (23/9/2022).

Saat ini berdasarkan data BI, kurs rupiah memang telah terdepresiasi 4,97 persen sejak Januari sampai 21 September 2022 dibandingkan akhir 2021 dan terdepresiasi 1,03 persen secara poin to poin dibandingkan dengan akhir Agustus 2022.

Namun, depresiasi kurs rupiah relatif lebih rendah dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti India 7,05 persen, Malaysia 8,51 persen, dan Thailand 10,07 persen.

Baca juga: Suku Bunga Acuan BI Naik, Bank Bakal Segera Kerek Bunga Kredit?

Bhima menjelaskan, jika kurs rupiah melemah, maka dampak ke inflasi barang impor akan meningkat lantaran biaya untuk impor barang semakin mahal.

"Kalau kurs rupiah melemah risiko imported inflation lebih berbahaya," ungkap Bhima.

Dengan demikian, harga barang-barang impor terutama bahan pangan seperti gula, garam, kedelai, dan gandum akan semakin mahal. Sementara harga bahan pokok di Indonesia masih ada yang mengandalkan impor.

"Ini akan sebabkan inflasi di dalam negeri karena importir akan meneruskan ke konsumen akhir," ucap Bhima.

Baca juga: Suku Bunga dan Biduk Kebijakan Bank Indonesia

Diberitakan sebelumnya, alasan BI menaikkan suku bunga acuan juga untuk memperkuat langkah intervensi untuk stabilisasi kurs rupiah.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, dengan kenaikan suku bunga acuan maka diharapkan kurs rupiah akan kembali ke titik fundamentalnya.

Pasalnya, saat ini current account deficit RI sangat rendah sedangkan kondisi neraca pembayaran RI sangat baik, seharusnya kedua hal tersebut mampu membuat kurs rupiah menguat bukan melemah seperti saat ini.

“Tentu saja langkah kenaikan suku bunga yang front loaded, preemptive, dan forward looking ini juga sebagai langkah untuk memperkuat stabilisasi kurs rupiah,” ujar Perry saat konferensi pers, Kamis (22/9/2022).

Baca juga: Ini Alasan BI Naikkan Suku Bunga Acuan 50 Basis Poin

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com