Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Sebut Tahun 2023 Akan Lebih Gelap akibat Perang Rusia-Ukraina

Kompas.com - 26/09/2022, 14:15 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, kondisi ekonomi akan semakin gelap dan sulit pada tahun 2023. Menurut dia, hal ini tidak lepas dari belum usainya perang antara Rusia dan Ukraina yang terjadi sejak Februari 2022.

Menurut Jokowi, kondisi tersebut tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Dalam diskusi yang ia lakukan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dan di lokasi berbeda dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, bisa disumpulkan bahwa perang tidak akan usai dalam waktu dekat.

“Dunia sekarang ini pada posisi yang tidak gampang dan betul-betul sulit di mana tahun depan akan lebih gelap. Saya bertemu dengan Presiden Zelensky dan satu setengah jam berdiskusi, serta Presiden Putin dua setengah jam berdiskusi, saya menyimpulkan perang tidak akan segera selesai, akan lama,” kata Jokowi.

Baca juga: Jokowi Ungkap Penyebab 90 Persen Startup Gagal Berkembang

Jokowi mengatakan, dampak dari perang antara Rusia dan Ukraina akan dirasakan oleh Indonesia dan dunia.

Beberapa dampak, seperti krisis energi, pangan, dan finansial, akan membebani pergerakan ekonomi di tahun 2023.

“Itu akan berakibat pada kesulitan lain, seperti krisis pangan, krisis energi, krisis finansial, Covid-19 yang belum pulih, dan akibatnya kita tahu sekarang ini saja 19.600 orang mati karena kelaparan, karena krisis pangan,” lanjut Jokowi.

Baca juga: Jokowi Berencana Larang Ekspor Timah

Perlambatan ekonomi global 2023

Perlambatan ekonomi pada tahun 2023 juga diramalkan oleh Bank Indonesia (BI) sebelumnya. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 yang berisiko tumbuh lebih rendah ini juga disertai dengan tingginya tekanan inflasi dan ketidakpastian pasar keuangan global.

“Tahun depan kami perkirakan turun jadi 2,7 persen, bahkan ada beberapa risiko yang menjadikan ke 2,6 persen,” ujarnya dalam konferensi pers virtual, Kamis (22/9/2022).

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Global pada 2023 Diproyeksi Lebih Lambat dari Tahun Ini

Perlambatan pertumbuhan perekonomian global ini terutama terjadi di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat (AS) yang tahun ini tumbuh 2,1 persen, tetapi tahun depan diperkirakan hanya tumbuh 1,5 persen.

"Hal ini juga terjadi di Eropa yang pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan 2,1 persen, tahun depan lebih rendah menjadi 1,2 persen dan Tiongkok tahun ini tumbuh 3,2 persen dan tahun depan 4,6 persen,” ucapnya.

Penurunan pertumbuhan ekonomi ini disertai dengan risiko resesi di sejumlah negara maju. Selain itu, volume perdagangan dunia juga tetap rendah.

“Faktornya (pelambatan pertumbuhan ekonomi global 2023), masih terjadinya disrupsi atau gangguan mata rantai pasokan global, kebijakan proteksi diberbagai negara, konflik geopolitik, dan respons kebijakan suku bunga yang agresif di AS dan sejumlah negara,” jelas Perry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com