Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Esteh Indonesia Somasi Konsumennya, Ini Kata Pakar Marketing

Kompas.com - 27/09/2022, 10:10 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Esteh Indonesia Makmur melayangkan somasi kepada konsumennya menyusul cuitan melalui media sosial Twitter yang diduga mengandung penghinaan kepada brand. Hal itu pun membuat dunia maya ramai oleh warganet yang rata-rata tidak setuju dengan langkah manajemen perusahaan tersebut.

Nah langkah seperti apa yang sebaikany diambil oleh perusahaan bila mengalami kasus di atas?

Pakar Marketing Yuswohady mengatakan, banyak jenama yang mengalami gegar budaya terkait dengan pola interasksi konsumen dan produsen saat ini.

Baca juga: Esteh Indonesia Somasi Pembelinya, Ini Kata YLKI

"Kondisinya sudah berubah, tetapi dia merespons, cara menyikapinya itu masih menggunakan pola-pola lama," kata Managing Partner Inventure ini kepada Kompas.com, Senin (26/9/2022).

Dia menjelaskan, saat ini dunia telah membentuk pola horisontal, ketika semua orang memiliki media. Konsumen dapat mengatakan hal apapun di lini massa, termasuk memberikan komentar terhadap jenama.

Saat ini, masih banyak jenama yang tidak menyadari kondisi tersebut. Dengan begitu, mereka cenderung merespons dengan berlebihan.

"Ketika blunder, kalau sampai disomasi ini namanya lose-lose, netizen-nya kenal UU ITE, sementara perusahaannya juga tidak dapat untung apa-apa," kata dia.

Hal ini dapat diperparah dengan keadaan yang justru semakin menyudutkan jenama dengan citra buruk.

"Image-nya jadi jelek. Image bahwa Esteh kelebihan gula akan terus dibicarakan. Apalagi saat ini netizen marah karena responsnya berlebihan," urai dia.

Untuk itu, dia mengimbau Esteh Indonesia untuk menarik somasinya.

Kemudian, ke depan perusahaan diharapkan lebih tenang dalam menghadapi konsumen, terutama yang menjelek-jelekkan produk di dunia maya.

Perusahaan baiknya tidak terpancing terhadap komentar warganet. Selain itu, dalam menghadapi masalah seperti ini, perusahaan baiknya mengajak konsumen untuk bertemu tatap muka.

Tujuannya, agar masalah tidak melebar dan persoalan dapat diselesaikan dengan lebih elegen.

"Ini kan sebenarnya sama dengan yang pernah terjadi Eiger dulu kan, ada Youtuber menjelek-jelekkan," ucap dia.

"Kalau isu itu menjatuhkan brand maka reputasi akan terancam, makin panas dan berkepanjangan, maka brand jadi terpuruk, itulah buah dari somasi," tandas dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com