Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suku Bunga Acuan BI Naik Dua Kali, Bank Besar Sudah Naikkan Bunga Kredit?

Kompas.com - 28/09/2022, 10:10 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) telah dua kali menaikkan suku bunga acuan atau BI rate selama 2022, yaitu sebanyak 75 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen.

Kenaikan suku bunga acuan BI ini biasanya akan direspons perbankan dengan menaikkan bunga simpanan dan kredit.

Lantas apakah saat ini perbankan sudah berangsur menaikkan suku bunga kreditnya?

1. Bank Mandiri

Baca juga: Suku Bunga Acuan BI Naik, BNI Pertimbangkan Kerek Suku Bunga Kredit dan Deposito

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) bersiap mengerek suku bunga kredit pasca suku bunga acuan BI naik.

Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan, untuk menaikkan suku bunga kreditnya, Bank Mandiri masih akan memantau beberapa indikator penentu bunga kredit agar besaran bunga kredit yang ditawarkan tetap kompetitif.

"Ke depannya, kami akan terus memantau perkembangan suku bunga acuan, posisi likuiditas, dan kompetisi di pasar, agar rate yang kami berikan ke nasabah tetap kompetitif," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (26/9/2022).

Penyesuaian kredit Bank Mandiri ini dengan mempertimbangkan perkiraan perbankan nasional yang akan menaikkan suku bunga kredit dalam 3-6 bulan ke depan dan likuiditas pasar serta struktur cost of fund untuk suku bunga dana.

Kemudian Bank Mandiri juga mempertimbangkan penyesuaian suku bunga kredit pada kualitas kredit agar kebijakan ini tidak menimbulkan potensi kenaikan kredit macet (non performing loan/NPL).

"Secara umum diproyeksikan bank-bank akan membutuhkan waktu penyesuaian suku bunga simpanan dan kredit dalam 3-6 bulan ke depan," ungkapnya.

Meski akan menaikkan suku bunga kredit, Bank Mandiri masih optimistis terhadap target pertumbuhan kredit di tahun ini, yaitu sebesar 11 persen secara year on year (yoy). Utamanya penyaluran kredit pada sektor telekomunikasi dan jasa kesehatan.

2. Bank BCA

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih belum memutuskan akan menaikkan suku bunga kredit perseroan.

Executive Vice President Secretariat and Corporate Communication BCA, Hera F. Haryn mengatakan, BCA masih tetap mengacu pada suku bunga dasar kredit (SBDK) BCA yang berlaku saat ini, yaitu untuk kredit korporasi 7,95 persen, kredit retail 8,20 persen, kredit konsumsi termasuk KPR 7,20 persen, dan kredit konsumsi non-KPR 5,96 persen.

"Hingga saat ini, kami belum menaikkan suku bunga kredit," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Senin (26/9/2022).

Meski masih belum menaikkan suku bunga kredit, BCA masih optimistis penyaluran kredit akan tumbuh sesuai target tahun ini di kisaran 6-8 persen dengan ditopang oleh likuiditas yang memadai dan harapkan akan pemulihan ekonomi nasional.

3. Bank BNI

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk tengah mempertimbangkan untuk menyesuaikan suku bunga kredit dan simpanan perseroan dengan suku bunga acuan BI naik dua kali.

Corporate Secretary Bank BNI Okki Rushartomo mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menaikkan suku bunga kredit perseroan.

Baca juga: Meski BI Rate Naik, BCA Masih Belum Naikkan Suku Bunga Kredit

Kenaikkan suku bunga kredit juga akan dilakukan secara selektif dan bertahap mempertimbangkan beberapa faktor termasuk permintaan (demand) dan kondisi usaha debitur.

"Terkait penyesuaian bunga di sisi kredit, akan dipertimbangkan dari dampak kenaikan bunga acuan terhadap kenaikan biaya dana (cost of fund) serta proyeksi ekspansi bisnis BNI," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Senin (26/9/2022).

Sementara untuk suku bunga simpanan khususnya deposito, pihaknya akan menyesuaikannya dengan tren bunga deposito di pasar.

4. Bank BRI

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk belum menaikkan suku bunga kredit perseroan lantaran kondisi likuiditas BRI masih memadai.

Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan, BRI saat ini masih belum menaikkan suku bunga seluruh segmen pinjaman BRI termasuk bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Namun ke depannya, dia bilang, BRI akan melakukan penyesuaian suku bunga kredit untuk merespons kenaikan suku bunga acuan BI. Meskipun penyesuaiannya tidak langsung dilakukan setelah suku bunga acuan BI naik.

Pasalnya, saat ini kondisi likuiditas BRI masih memadai dengan rasio pinjaman dan simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) BRI konsolidasian pada akhir kuartal II-2022 sebesar 88,5 persen.

"BRI tentu akan melakukan penyesuaian suku bunga, namun secara teknis, penyesuaian suku bunga kredit tidak bisa dilakukan serta-merta begitu suku bunga acuan berubah," jelasnya.

BRI tetap optimistis mampu menumbuhkan kredit di kisaran 9-11 persen secara tahunan hingga akhir 2022. BRI juga tidak merevisi pertumbuhan kredit yang ditetapkan pada awal tahun.

"Khusus untuk penyaluran kredit kepada segmen UMKM, kami proyeksikan akan terus tumbuh dengan main driver pada segmen ultra mikro dan mikro," tuturnya.

Diberitakan sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pengaruh kenaikan suku bunga acuan ke kenaikan suku bunga perbankan seperti kredit akan lebih lambat selama pandemi Covid-19.

Pasalnya, selama pandemi likuiditas perbankan menjadi longgar karena masyarakat banyak yang menahan dananya di perbankan. Berbeda dengan kondisi sebelum pandemi.

"Kami melihat bahwa kenaikan BI rate itu pengaruhnya terhadap kenaikan suku bunga perbankan akan lebih lambat dari kondisi-kondisi sebelum Covid-19. Eastisitasnya akan lebih rendah dari sebelum Covid-19 karena likuiditas yang longgar," ujar Perry saat konverensi pers, Kamis (22/9/2022).

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menambahkan, saat ini kondisi di pasar bunga deposito, bunga dana, hingga bunga kredit masih belum kembali normal seperti sebelum pandemi.

Hal ini tercermin dari saat BI menaikkan suku bunga acuan di Agustus kemarin sebesar 25 bps, suku bunga dana justru turun 4,4 bps jadi 2,9 persen dan kredit turun 48 bps jadi 8,94 persen.

Oleh karenanya, kata Destry, dampak dari kenaikan suku bunga acuan BI di September ini diperkirakan akan membutuhkan waktu hingga 2 kuartal untuk kemudian disesuaikan oleh perbankan.

"Apa yang kami lakukan dengan 50 bps butuh waktu untuk melihat tranmsisi sampai 2 kuartal, ini nanti melihat dampaknya," ucap Destry.

"Namun kondisi saat ini likuiditas masih banyak, kami memperkirakan pengaruh ke perbankan gak akan signifikan. Kami akan memantau industri, kita melihat likuiditas masih ample namun perlu juga melihat secara granular," tambahnya.

Baca juga: Kenaikan Suku Bunga Acuan BI Diyakini Tahan Pelemahan Rupiah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com