Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Kurs Rupiah Melemah hingga Tembus Rp 15.200 Per Dollar AS

Kompas.com - 28/09/2022, 17:01 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar (kurs) rupiah melebihi Rp 15.200 per dollar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan di pasar spot hari ini.

Mengacu kepada data Bloomberg, kurs rupiah terhadap dollar AS dibuka pada level Rp 15.165 per dollar AS, melemah dibanding posisi penutupan sebelumnya sebesar Rp 15.124 per dollar AS.

Koreksi tersebut terus berlanjut hingga pada pukul 15.00 WIB, rupiah berada di level Rp 15.264, melemah 0,93 persen dari posisi pembukaan perdagangan hari ini.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto mengatakan, pelemahan rupiah ini lantaran dollar AS menguat terhadap hampir semua mata uang utama seperti euro Uni Eropa, poundsterling Inggris, yen Jepang, dan dollar Australia.

Baca juga: IHSG Ditutup Merah, Sektor Energi Anjlok Hampir 4 Persen

"Artinya yang sedang terjadi saat ini adalah sentimen penguatan dollar AS. Dollar AS menguat hampir terhadap semua mata uang. Tentu rupiah pun pasti terdampak," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (28/9/2022).

Berdasarkan data yang dimilikinya, terlihat pelemahan nilai tukar rupiah selama sepekan terakhir yang sebesar 1,68 persen masih lebih baik dibandingkan mata uang Filipina yang melemah 1,70 persen, mata uang Singapura melemah 1,98 persen, mata uang India melemah 2,37 persen, mata uang China melemah 2,41 persen, mata uang Thailand melemah 2,56 persen, dan mata utang Korea Selatan melemah 3,15 persen.

Adapun depresiasi mata uang negara Asia yang terendah selama sepekan terakhir secara berurutan yakni Jepang 0,46 persen, Taiwan 1,35 persen, dan Malaysia 1,50 persen.

Dia melanjutkan, penguatan mata uang negeri Paman Sam tersebut disebabkan oleh para investor yang sedang mengambil langkah hati-hati karena kekhawatiran stagflasi.

Baca juga: Kembali Melemah, Rupiah Tembus Rp 15.250 Per Dollar AS


Pasalnya saat ini berbagai bank sentral sangat agresif menaikkan suku bunga acuannya untuk mengatasi inflasi yang meningkat di negara masing-masing. Di sisi lain, para investor juga mengkhawatirkan pelemahan ekonomi global.

"(Kedua faktor tersebut) berujung pada kekhawatiran akan resesi global sehingga pelaku pasar hati-hati dulu dengan menempatkan dananya di cash market di dollar AS," ungkapnya.

Perilaku investor tersebut membuat hampir semua saham dan obligasi mengalami pelemahan lantaran sebagian besar dana mengalir ke dollar AS.

"Itu mengapa indeks USD (DXY) terus menguat dari di bawah angka 100 sampai hampir mencapai 115," kata Edi.

Baca juga: Ini Tantangan Industri Perbankan pada 2023

Kendati demikian, kata Edi, diperkirakan pelemahan rupiah hanya bersifat sementara. Sebab BI juga telah mengupayakan untuk terus mengawal nilai tukar rupiah agar tidak melemah berlebihan.

Adapun caranya dengan melakukan triple intervention dan operation twist agar mekanisme pasar dan supply dan demand terjaga di pasar domestik Indonesia.

"Banyak pihak atau analis market melihat fenomena ini akan sementara," tuturnya.

Baca juga: RI-Jepang Sepakati Kontrak Dagang Cangkang Kernel Sawit

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com