Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erick Thohir: Pendapatan BUMN Hampir Mirip dengan APBN

Kompas.com - 29/09/2022, 07:08 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebut pendapatan yang diperoleh BUMN hampir mirip dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Kementerian BUMN mencatat pendapatan BUMN mencapai Rp 2.292 triliun pada 2021, atau naik 18,8 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya Rp 1.929 triliun. Sementara itu, realisasi pendapatan negara tahun 2021 mencapai Rp 2.111,3 triliun.

“Angka ini merupakan angka yang sangat signifikan, kalau kita bandingkan dengan APBN negara kita kurang lebih angkanya Rp 2.500 triliun. Jadi proporsionalnya hampir mirip,” kata Erick di Kantor Kementerian BUMN, Rabu (28/9/2022).

Baca juga: Pasar Masih Khawatir Resesi Global, Tren Pelemahan IHSG Diproyeksi Berlanjut

Erick mengklaim transformasi yang dilakukan terbukti mampu mendorong kinerja di BUMN. Hal ini tercermin dari angka yang bisa dijadikan indikator, mulai dari laba, margin EBITDA, penjualan hingga rasio utang.

“Transformasi yang kita lakukan ini mampu mendongkrak kinerja BUMN. EBITDA sebagai indikasi efisiensi operasional mengalami peningkatan menjadi 20,4 persen di tahun 2021 terutama disebabkan oleh perbaikan efisiensi pada beban operasional tidak langsung,” ungkap Erick.

Erick menjelaskan, salah satu efisiensi yang dilakukan dan memberikan dampak signifikan adalah pembentukan klaster BUMN. Dia bilang per 31 Desember 2021, klaster BUMN turun dari 108 entitas menjadi 92 entitas sesuai tanggal konsilidasi laporan keuangan holding.

Baca juga: Program Kompor Listrik Batal, Pemerintah Kembali Dorong Jargas

“Dari jumlah ini 7 BUMN telah diproses untuk likuidasi, sedangkan sisanya diharapkan akan terkonsolidasi menjadi 43 entitas BUMN pada akhir 2022. Proses klasterisasi dan perampingan ini memberikand ampak signifikan terhadap kinerja BUMN,” kata Erick.

Sementara itu, Deputi Bidang Keuangan dan Manajemen Risiko Kementerian BUMN Nawal Nely mengungkapkan, tiga klaster yang berkontribusi dalam pendapatan Kementerian BUMN yaitu klaster energi dikarenakan pengingkatan penjkualan akibat pemulihan kegiatan ekonomi.

Lalu, klaster farmasi akibat peningkatan penjualan yang diakibatkan proses faksinasi masal, dan klaster minerba yang ditopang oleh peningkatan harga jual komoditas dan peningkatan volume penjualan.

Baca juga: Badai PHK Karyawan Belum Usai, Pengusaha Ungkap Penyebabnya

“Ada dua faktor yang membantu kinerja kita, pertama hasil dari restrukturisasi yang dijalankan Kementerian BUMN dalam penurunan biaya bunga tahun 2021, dari Rp 91 triliun menjadi Rp 73,5 triliun atau turun 19,6 persen. Ini sebagian dari transformasi,” kata Nawal.

Nawal mengungkapkan, pertumbuhan pendapatan ditopang oleh pertumbuhan penjualan yang naik 22,2 persen dari Rp 1.357 triliun menjadi Rp 1.659 triliun di tahun 2021. Pendapatan keuangan juga tumbuh 6,2 persen menjadi Rp 338 triliun dari sebelumnya Rp 318,9 triliun.

“Pertumbuhan pendapatan ini disebabkan oleh pertumbuhan penjualan yang perolehannya paling besar, dan di support oleh pendapatan keuangan yang datang dari sektor perbankan,” kata dia.

Baca juga: Resesi Global di Depan Mata, Waktunya Kurangi Investasi dan Simpan Uang Tunai?

Sementara itu, beban pokok pendapatan membaik dengan pertumbuhan 18,4 persen yang sejalan dengan pertumbuhan pendapatan. Sementara margin laba kotor BUMN dipertahankan 31,5 persen secara tahunan.

Beban usaha itu mengalami peningkatan sebesar 4,8 persen. Terjadi efisiensi di beberapa lini usaha maisng-masing BUMN yang dihasilkan dengan angka margin laba operasi yang meningkat dari tahun 2020 Rp 182 triliun menjadi Rp 281,1 triliun.

Sebagai informasi, total aset lancar konsolidasi portofolio BUMN mengalami peningkatan sebesar 10,6 persen atau Rp 1.342 triliun per 31 Desember 2021. Sementara itu, liabilitas jangka pendek tumbuh 4,9 persen secara tahunan, yang dikontribusikan oleh meningkatnya utang jangka pendek 21,5 persen dan pinjaman pemerintah yang meningkat 62,9 persen.

Baca juga: Sri Mulyani: Ekonomi Digital Bisa Jadi Mesin Pertumbuhan Masa Depan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com