Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Apa Itu Resesi, Penyebab, dan Pengaruhnya

Kompas.com - 29/09/2022, 11:50 WIB
Mela Arnani

Penulis

KOMPAS.com - Beberapa hari terakhir, resesi ramai diperbincangkan masyarakat luas. Hal ini tak terlepas dari peringatan kemungkinan terjadinya resesi global tahun depan.

Meskipun resesi sudah tidak asing ditelinga publik, mungkin sebagian dari masyarakat belum mengetahui arti dari resesi itu sendiri.

Dilansir dari laman resmi Otoritas Jasa Keuangan, sederhananya resesi adalah suatu kondisi di mana perekonomian suatu negara sedang memburuk, yang terlihat dari produk domestik bruto (PDB) negatif, pengangguran meningkat, maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Baca juga: Sinyal Resesi Global Makin Kuat, Wall Street Kembali Merah

Terjadinya resesi ekonomi memberikan sejumlah dampak, seperti:

  1. Perlambatan ekonomi yang membuat sektor riil menahan kapasitas produksinya sehingga pemutusan hubungan kerja (PHK) akan sering terjadi bahkan beberapa perusahaan mungkin menutup dan tidak lagi beroperasi.
  2. Kinerja instrumen investasi akan mengalami penurunan sehingga investor cenderung menempatkan dananya pada bentuk investasi yang aman.
  3. Ekonomi yang semakin sulit berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat karena akan lebih selektif menggunakan uang dengan fokus pemenuhan kebutuhan terlebih dahulu.

Menurut Forbes, resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Resesi dianggap sebagai bagian tak terhindarkan dari siklus bisnis yang terjadi dalam perekonomian suatu negara.

Baca juga: Apa Itu Inflasi?

Penyebab resesi

Terdapat lebih dari satu cara untuk memulai resesi, dari guncangan ekonomi secara tiba-tiba hingga dampak dari inflasi tak terkendali. Beberapa pendorong utama resesi antara lain:

- Guncangan ekonomi secara tiba-tiba

Guncangan eknomi bisa menimbulkan kerugian finansial yang serius. Sebagai contoh, pada 1970-an, OPEC memotong pasokan minyak ke AS tanpa peringatan yang menyebabkan resesi.

Selain itu, kejutan ekonomi tiba-tiba seperti wabah virus Covid-19 yang terjadi telah mematikan ekonomi di seluruh dunia.

- Hutang berlebihan

Saat seseorang atau bisnis memiliki terlalu banyak utang, biaya pembayaran utang bisa meningkat ke titik di mana tak bisa lagi membayar tagihan.

Baca juga: Sri Mulyani Sebut Ekonomi Dunia Bakal Resesi pada 2023

- Terlalu banyak inflasi

Inflasi adalah tren kenaikan harga yang stabil dari waktu ke waktu. Inflasi bukan hal buruk, tapi inflasi secara berlebihan menjadi fenomena berbahaya.

Bank sentral mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga, dan suku bunga yang lebih tinggi menekan aktivitas ekonomi.

- Terlalu banyak deflasi

Inflasi yang tak terkendali dapat menciptakan resesi, deflasi bisa menjadi lebih buruk. Deflasi terjadi saat harga turun dari waktu ke waktu, yang menyebabkan upah berkontraksi dan menekan harga.

Saat lingkaran umpan balik deflasi menjadi tak terkendali, orang dan bisnis menghentikan pengeluaran yang melemahkan ekonomi.

Baca juga: Resesi Global Mengancam, Sri Mulyani Sebut Ekonomi Indonesia Sudah Pulih

Pengaruh resesi

BBC menuliskan, beberapa orang mungkin akan mengalami kehilangan pekerjaan, lebih sulit untuk mendapatkan promosi, hingga sulit memperoleh kenaikan gaji untuk membantu mengatasi kenaikan harga.

Kendati begitu, biasanya pengaruh resesi ini tidak dirasakan oleh seluruh masyarakat dan memungkinkan peningkatan ketidaksetaraan.

Resisi di dunia telah terjadi beberapa kali, dengan terakhir terjadi pada tahun 2022 yang berlangsung selama enam bulan. Resesi sebelumnya dimulai pada 2008 karena krisis keuangan yang berlangsung selama lima kuartal.

Baca juga: Cara Buka Tabungan Emas di Pegadaian

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com