Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Sebut Indonesia Berhasil Menjaga Inflasi 2022, Apa itu Inflasi? Simak Penyebab dan Dampaknya

Kompas.com - 30/09/2022, 06:00 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pujian atas kinerja Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia menjaga inflasi 2022.

Hal ini lantaran, keduanya dinilai mampu menjaga inflasi Indonesia di angka 4,6 persen.

Menurut Jokowi, inflasi di Indonesia dapat dijaga karena Kementerian Keuangan selaku otoritas pemegang fiskal dan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter berjalan beriringan.

"Kenapa bisa kita jaga seperti ini? Karena, menurut saya, antara otoritas pemegang fiskal APBN, yaitu Bu Menteri Keuangan dengan bank sentral yaitu BI berjalannya beriringan, rukun, sinkron," kata Jokowi dalam acara UOB Economic Outlook 2023, Kamis (29/9/2022).

Baca juga: Pemerintah-Banggar DPR Sepakati RUU APBN 2023, Target Inflasi Naik Jadi 3,6 Persen

Apa itu inflasi

Lantas apa itu pengertian inflasi ekonomi? Apa penyebab inflasi dan dampak inflasi Indonesia?

Dilansir dari laman resmi Bank Indonesia, pengertian inflasi atau apa itu inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerut dalam jangka waktu tertentu.

Penyebab inflasi dipengaruhi banyak faktor. Menurut laman resmi Kementerian Keuangan, setidaknya ada enam faktor penyebab inflasi antara lain permintaan yang tinggi terhadap suatu barang atau jasa sehingga membuat harga barang atau jasa tersebut mengalami kenaikan.

Penyebab inflasi lainnya yakni adanya peningkatan biaya produksi, bertambahnya uang yang beredar di masyarakat, dan ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran.

Penyebab inflasi berikutnya perilaku masyarakat yang seringkali memprediksi atau biasa disebut sebagai inflasi ekspetasi, dan terakhir penyebab inflasi karena kekacauan ekonomi dan politik seperti yang terjadi di Indonesia saat kerusuhan tahun 1998.

Baca juga: Sri Mulyani Kasih Hadiah Uang Tunai 10 Provinsi yang Tekan Inflasi

Dampak inflasi

Dampak inflasi sendiri seringkali identik dengan efek negatif karena kenaikan harga barang.

Hal ini membuat daya beli masyarakat menurun, terutama masyarakat berpendapatan menengah ke bawah.

Menurut Bank Indonesia, dampak inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun.

Dengan begitu, standar hidup masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin.

Kedua, dampak inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan.

Pengalaman empiris menunjukkan, inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi.

Dampak inflasi itu pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.

Ketiga, tingkat dampak inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif, sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah.

Baca juga: Inflasi Sri Lanka Melonjak jadi 70,2 Persen, Harga Pangan Meroket 84.6 Persen

 

Cara menghitung inflasi

Lalu bagaimana cara menghitung inflasi?

Perhitungan inflasi dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.

BPS menghitung inflasi menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau indeks pengeluaran.

IHK sendiri meliputi pengeluaran bahan makanan dan makanan jadi ditambah dengan minuman dan tembakau.

Komponen IHK lainnya dalam perhitungan inflasi adalah pengeluaran perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan dan olahraga, serta transportasi dan komunikasi.

Data pengelompokan tersebut didapatkan BPS melalui Survei Biaya Hidup (SBH) yang rutin dilakukan, baik per daerah maupun secara nasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com