JAKARTA, KOMPAS.com – PT PLN (Persero) secara resmi menghentikan program konversi kompor elpiji 3 kg ke kompor listrik (induksi). Namun, saat ini uji coba konversi kompor elpiji 3 kg ke kompor listrik di Denpasar dan Solo masih dilakukan.
Meski belum mendapat hasil dari uji coba tersebut, PLN beberapa kali sempat mengatakan bahwa penggunaan kompor listrik lebih hemat dibandingkan kompor elpiji 3 kg.
Lalu, bagaimana hitungan tarif listrik untuk penggunaan kompor listrik, yang di klaim lebih murah?
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, pada dasarnya hemat atau tidaknya penggunaan kompor listrik bergantung pada pemakaian. Hal ini dikatakan Mamit berdasarkan dengan eksperimen dan hasil perhitungan yang ia lakukan.
“Jadi selama menggunakan tarif subsidi dengan daya 450 VA atau 900 VA, saya kira jauh lebih hemat dibandingkan menggunakan elpiji 3 kg. Tapi, semua tergantung dari pemakaian,” kata Mamit saat dihubungi Kompas.com, Kamis (29/9/2022).
Baca juga: Sempat Disebut Lebih Hemat, Apa Alasan PLN Batalkan Konversi Kompor Listrik?
Dia merinci, jika menggunakan kompor induksi selama 1 bulan dengan penggunaan 60-70 kwh, dimana untuk golongan daya 900 VA, tarif listriknya Rp 605, maka jumlah yang harus dibayar adalah Rp 36.300 hingga Rp 42.350.
Sementara itu, bagi rumah tangga dengan pemakaian 3 tabung elpiji 3 kg, dengan harga Rp 20.000 maka biaya sebulannya adalah Rp 60.000.
Jadi tentunya dengan perbangingan tersebut, penggunaan kompor listrik lebih murah.
Baca juga: Banyak Daerah Sering Mati Listrik, Kebijakan Konversi ke Kompor Listrik Diminta Tak Dipaksakan
Direktur Distribusi PLN Adi Priyanto saat ditemui di Kantor Kementerian BUMN Kamis (29/9/2022), mengatakan, uji coba penggunaan kompor listrik yang dilakukan saat ini kepada masyarakat di Solo dan Denpasar masih dilanjutkan dan akan dievaluasi.
Melalui uji coba itu, PLN berharap bisa melihat perubahan perilaku dari pelanggan setelah melakukan penggunaan kompor listrik dua tungku tersebut.
“Jalan (uji cobanya). Kami melihat nanti perilaku dari pelanggan seperti apa. Kita catat kelebihan kelemahannya apa, dan tentunya nanti akan kita laporkan ke pemerintah,” kata Adi.
Baca juga: Program Kompor Listrik Batal, Luhut: Kita Tidak Ingin Buru-buru
Adi juga menceritakan, berdasarkan eksperimennya menggunakan kompor listrik, dimana ia mulai menerapkan penggunaan kompor listrik dalam sebulan terakhir. Menurutnya, penggunaan kompor listrik lebih kepada merubah perilaku saja.
“Contohnya di rumah saya sendiri saya paksain enggak ada pakai gas. Dalam sebulan lebih, penggunaan kompor listrik, bersih dan enggak ada “jeglek”. Serta terhindar dari kebakaran dan sebagainya. Jadi ini lebih ke masalah perilaku, kita coba ubah perilaku ini, dan kita harapkan lebih baik,” jelas Adi.
Mamin menambahkan, di tengah penolakan masyarakat terkait kompor listrik ini. Dia juga berharap tahapan uji coba ini, mendapatkan respons positif di masyarakat. Karena, pada dasarnya dengan berpindah dari kompor elpiji, bisa mengurangi impor elpiji yang saat ini.
“Kita itu kan impor elpiji 80 persen ya, dan harganya itu fluktuatif mengikuti harga minyak dunia. Secara urgensinya, ini sama dengan program DME dan jargas. Bedanya hanya program kompor listrik ini lebih mudah karena enggak perlu membangun infrastruktur, hanya perlu jalur khusus listrik untuk memasak saja,” tegas Mamin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.