Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Sri Mulyani, Inggris Krisis akibat Kebijakan Ekonomi Mereka Sendiri

Kompas.com - 30/09/2022, 14:26 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut ada sejumlah sebab Inggris tengah dalam kondisi krisis ekonomi sebagaimana saat ini (krisis Inggris). Namun, resesi di negara itu sejatinya akibat kebijakan ekonomi yang salah.

Di saat bersamaan, ekonomi global juga sedang tidak baik. Hal itulah yang membuat sentimen negatif kemudian menjalar semakin kuat.

"Itu lebih spesifik karena policy mereka sendiri, tetapi juga bisa mempengaruhi sentimen karena kejadiannya berurutan pada saat Federal Reserve di AS menaikkan (suku bunga) 75 basis poin. Jadi itu menimbulkan kombinasi dua sentimen yang men-drive selama seminggu ini," kata Sri Mulyani dikutip pada Jumat (30/9/2022).

Ia menilai, kondisi yang dialami Inggris disebabkan oleh kebijakan fiskal negara itu sendiri. Pemerintah Inggris berencana memangkas pajak dan memberikan insentif investasi bagi dunia usaha, sementara di saat bersamaan otoritas moneternya menaikkan suku bunga acuan.

Baca juga: Jokowi Mau Suntik Proyek Kereta Cepat Pakai APBN Rp 3,2 Triliun

Kebijakan pemerintah Inggris yang berfokus pada pertumbuhan itu membuat nilai tukar poundsterling anjlok.

Para pelaku pasar khawatir utang Inggris akan kembali meningkat, padahal saat ini rasio utangnya sudah lebih 100 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu bilang, setiap negara memiliki kebijakan masing-masing dalam membendung efek krisis ekonomi di Inggris.

"Setiap negara punya situasi khusus masing-masing. Kalau kita lihat apa yang terjadi di Inggris itu tentu pertama akan menimbulkan sentimen kepada seluruh dunia," ujar dia.

Baca juga: Dulu Jokowi Berkali-kali Janji Kereta Cepat Haram Gunakan APBN

Ia juga berujar, ekonomi Indonesia masih terbilang kuat meski diterpa dampak krisis di Inggris. Indikasinya, penerimaan negara yang semakin besar dan utang yang masih dalam batas wajar.

"Penerimaan negara yang kuat, belanja yang tetap bisa kita jaga secara hati-hati, sehingga issuance atau penerbitan dari surat berharga kita jauh lebih rendah 40 persen, menurun sangat tajam," ungkap Sri Mulyani.

"Ini juga menempatkan kita dalam posisi tidak terlalu vulnerable (rentan) terhadap gejolak yang diakibatkan berbagai sentimen tadi," jelas dia lagi.

Ia berkeyakinan, APBN saat ini dalam kondisi yang sehat dan siap dengan segala kemungkinan terburuk. Belanja dan penerimaan negara akan jadi shock absorber paling ampuh.

"APBN kalau tidak kuat, tidak akan mungkin melakukan fungsi sebagai shock absorber, bahkan bisa jadi shock producer. Nilai tukar (poundsterling) yang jatuh sampai 20 persen, itu adalah karena APBN-nya (Inggris) menjadi shock producer," ungkapnya.

Baca juga: BPOM: Mie Sedaap yang Ditarik di Hong Kong Beda dengan di RI

(Penulis: Yohana Artha Uly | Editor: Akhdi Martin Pertama)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Kompas.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com