Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
AGROINDUSTRI

Cetak Sejarah Baru, Pupuk Kaltim Tak Henti Berinovasi

Kompas.com - 30/09/2022, 21:12 WIB
Rindu Pradipta Hestya,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

Kedua, program pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap yang merupakan salah satu kegiatan dari ekosistem EBT di lingkungan PKT. Rahmad menjelaskan, kehadiran PLTS atap mampu mengoptimalkan energi bersih dan menekan emisi gas karbon secara optimal.

Ketiga, penggunaan sepeda dan motor listrik untuk transportasi operasional perusahaan PKT. Selain itu, PKT juga melakukan uji emisi berkala pada kendaraan bermotor operasional di wilayah perusahaan.

“Untuk dekade kedua, kami fokus pada low carbon sourcing dan carbon capture storage dengan menggandeng beberapa stakeholders terkait, seperti penyedia teknologi, produsen minyak dan gas (migas), dan offtaker produk sebesar 130 MM ton CO2 atau sekitar 21 persen dari total potensi penyimpanan karbon di Indonesia,” jelas Rahmad.

Dengan proyeksi tersebut, Rahmat berharap bahwa implementasi ESG dapat melibatkan banyak pihak, termasuk masyarakat. Sebab, ia ingin program berkelanjutan PKT tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga bagi pemberdayaan masyarakat.

“Dalam mencapai target, tidak hanya soal angka. Kami memiliki filosofi bahwa keberadaan sebuah perusahaan harus membawa berkah. (Kami mau berkah yang dibawa) tidak hanya untuk karyawan, tetapi juga untuk masyarakat sekitar,” ungkap Rahmad.

Sebagai informasi, PKT memiliki berbagai program sebagai implementasi ESG. Salah satunya, konservasi mangrove dan terumbu karang.

Baca juga: Sepanjang 2022, PKT Berhasil Tekan Emisi 436,7 Ribu Ton

“Konsep ESG akan menjadi motor penggerak dan menjadi arah bisnis PKT. Oleh sebab itu, dalam pengembangan usaha, kami mengusung konsep ekonomi sirkular dalam penerapan pilar diversifikasi,” ucap Rahmad.

Selain itu, PKT juga membangun pabrik abu soda (soda ash) di Bontang, Kaltim. Pabrik itu diprediksi dapat menyerap CO2 hingga 174.000 ton per tahun. Rahmad menjelaskan bahwa pabrik abu soda merupakan salah satu proyek hilirisasi gas alam yang menjadi fokus PKT.

Hilirisasi lebih optimal

Rahmad melanjutkan bahwa saat ini, PKT pun tengah mengembangkan hilirisasi yang sejalan dengan target besar pemerintah. Menurut Rahmad, hilirisasi yang dilakukan PKT sejauh ini sudah memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional dengan meningkatkan peluang usaha, memperbaiki nilai jual komoditas, dan membuka lebih banyak lapangan kerja.

“Hilirisasi yang dilakukan PKT sejalan dengan tren permintaan global yang mengedepankan pencarian produk-produk yang diproses dalam konsep ramah lingkungan. Hal ini harus dijawab oleh PKT dalam misi mencapai target untuk mendominasi pasar di Asia Pasifik,” jelas Rahmad.

Ia menambahkan bahwa PKT juga membuat rencana hilirisasi melalui pembangunan pabrik di sejumlah daerah. Contohnya, pabrik amonium nitrat (amnit) yang terletak di Kawasan Industri PT Kaltim Industrial Estate Bontang.

Baca juga: Resmikan PLTS Atap, Pupuk Kaltim Kejar Target Dekarbonisasi 32,51 Persen pada 2030

“Pada 2024 mendatang, permintaan amnit diperkirakan mencapai 221.441 ton dan memenuhi sekitar 0,8 persen kapasitas amnit global,” ucap Rahmad.

PKT juga membangun pabrik abu soda di Bontang untuk mengisi potensi pasar di dalam negeri yang sudah sangat besar. Dengan kapasitas 300.000 metric ton per year (MTPY), pabrik tersebut diharapkan mensubstitusi impor kebutuhan abu soda nasional hingga 30 persen.

Selain itu, PKT juga mendirikan pabrik metanol dan pabrik Pupuk Papua Barat. Proyek pendirian kedua pabrik itu nantinya memiliki kapasitas produksi amonia sebesar 2.500 metric ton per day (MTPD), 3.500 MTPD pupuk urea, dan 3.000 MTPD metanol.

“Pembangunan proyek ini bukan hanya untuk menambah kapasitas produksi pupuk nasional, melainkan juga mengurangi ketergantungan impor metanol di Indonesia,” ujar Rahmad.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com