Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Saatnya Pasir Kuarsa Jadi Komoditas Ekspor Andalan Masa Krisis

Kompas.com - 02/10/2022, 06:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KONDISI ekonomi dunia memang sedang terombang ambing oleh ketidakpastian. Setiap hari, perkembangannya justru kian mengkhawatirkan.

Konfrontasi militer Rusia - Ukraina di satu sisi dan perang dagang antara Amerika Serikat dan China di sisi lain, berpadu dengan psikologi "strong dollar" di pasar finansial global, membuat banyak negara mulai menyalakan alarm, terancam krisis akibat memburuknya pertumbuhan ekonomi maupun karena menggilanya inflasi.

Di Indonesia, pemerintah berjibaku dengan komplikasi ekonomi. Kenaikan harga-harga komoditas impor, membuat produsen dalam negeri yang bergantung pada bahan baku impor mulai menaikkan harga jual barang mereka.

Bahkan pemerintah bersama Pertamina, telah terlebih dahulu menaikkan harga jual BBM subsidi.

Perpaduan antara naiknya biaya impor bahan baku dan bertambahnya biaya transportasi dalam negeri akibat kenaikan harga BBM domestik, tentu akan mendorong inflasi ke tingkat yang lebih tinggi.

Mereaksi itu, suku bunga acuan Bank Indonesia ikut terkerek naik, yang berisiko menambah beban bagi dunia usaha untuk berekspansi karena biaya kredit investasi akan ikut naik pada ujungnya.

Dari sisi ekspor, muncul peluang untuk mendapatkan konsesi positif di balik risiko pelemahan mata uang kita.

Eksportir seharusnya bisa panen tambahan untung dari selisih konversi dollar AS ke rupiah yang mereka dapatkan dari volume ekspor yang sama. Walhasil, pemerintah akan ikut kecipratan tambahan uang penerimaan negara dari ekspor.

Namun lebih dari itu, sejatinya pemerintah tidak hanya bergantung kepada momen "lucky" semacam itu.

Tapi bijaknya harus super aktif menambah volume ekspor agar berkah pelemahan rupiah bisa dijadikan tambalan untuk menutupi tekanan ekonomi di dalam negeri.

Selain menggenjot produksi komoditas ekspor yang sudah ada, semestinya pemerintah di sisi lain juga mendorong komoditas baru untuk menjadi "champion" baru di pasar internasional.

Salah satunya adalah komoditas di sektor pertambangan. Selain batu bara dan nikel, ada komoditas pasir kuarsa yang sesungguhnya berpeluang menjadi primadona baru di pasar komoditas global.

Sayangnya, sektor ini masih kurang tersentuh oleh pemerintah, baik dari sisi regulasi maupun dari sisi kebijakan-kebijakan suportif yang akan mempercepat terbangunnya ekosistem bisnis komoditas pasir kuarsa.

Seperti yang pernah saya tulis di opini sebelumnya, komoditas pasir kuarsa memiliki manfaat yang sangat dibutuhkan oleh dunia industri nasional dan internasional. Oleh karena itu, pasir kuarsa sudah mulai dicari oleh banyak pihak.

Bahkan dikabarkan sejumlah pengusaha asal China maupun Korea yang bergerak di bidang industri pengolahan bahan baku hasil pertambangan mineral bukan logam, sedang berburu pasir yang satu ini di beberapa daerah di Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com