CIKARANG, KOMPAS.com - PT Kimia Farma Tbk (KAEF), anggota Holding BUMN Farmasi menggandeng Sung Wun Pharmacopia Co, Ltd., dari Korea Selatan untuk membangun serta meningkatkan kapabiltas riset pengembangan dan teknologi BBO yang mumpuni, sehingga dapat menghasilkan BBO yang memenuhi standar kualitas nasional dan internasional.
Hal ini dilakukan untuk mendorong program kemandirian farmasi dan alat kesehatan sesuai arahan melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.
Direktur Utama PT Kimia Farma David Utama mengatakan, untuk mendorong hal tersebut, pihaknya melakukan pengembangan dan produksi Bahan Baku Obat (BBO) dalam negeri bersama PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP) selaku anak usaha.
“Peran kami dalam menyediakan BBO sangat penting. Di Indonesia hanya pemerintah yang secara strategis memikirkan kelangsungan daripada penyediaan BBO,” kata David di Pabrik PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP) Cikarang, Jawa Barat, Senin (3/10/2022).
Baca juga: Kini Tebus Resep Obat RSCM di Kimia Farma Bisa secara Online
Pembangunan fasilitas produksi BBO berlokasi di Cikarang, Jawa Barat yang telah selesai dilakukan pada tahun 2018 ini terus melakukan inovasi untuk mewujudkan ketahanan kesehatan nasional melalui produksi BBO.
“Industri farmasi saat ini sudah lebih maju, karena 90 persen obat di Indonesia sudah diproduksi di dalam negeri, meskipun bahan baku untuk obat 90 persen masih impor. Melihat tantangan ini, pemain private pembangunan insdustri BBO, mereka enggak akan berani karena volume di Indonesia dibandingkan dengan pemain di India dan China relatif kecil. Pemertintah mengambil keputusan strategis agar kita membangun industri BBO untuk ketahanan nasional,” lanjut dia.
Baca juga: BPOM: Ada 1.094 Obat Tradisional Gunakan Campuran Bahan Kimia Obat, Termasuk Parasetamol
Menurutnya, dengan langkah pemerintah membangun industri BBO, maka ketika ada gejolak dunia yang terjadi, tidak perlu khawatir dengan pasokan bahan baku, sehingga memberi kepastian.
Sampai dengan hari ini PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia sudah memilki sertifikat Cara Pembuatan Bahan Baku Aktif Obat yang Baik dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI.
Baca juga: Pemerintah Bakal Gabungkan Holding BUMN Farmasi dan Holding BUMN Rumah Sakit
Pengembangan Bahan Baku Obat dilakukan sesuai dengan program pemerintah dan prioritas kebutuhan nasional, dimana sampai tahun 2022 telah berhasil memproduksi 12 item BBO yang telah memiliki sertifikat GMP dari Badan POM RI sehingga siap untuk digunakan oleh seluruh Industri Farmasi.
Adapun 12 item tersebut mencakup 3 BBO anti kolesterol yaitu Simvastatin, Atorvastatin dan Rosuvastatin, 1 BBO anti platelet untuk obat jantung yaitu Clopidogrel, 2 BBO anti virus Entecavir, serta Remdesivir. Kemudian, 4 BBO Anti Retroviral (ARV) untuk HIV AIDS yaitu Tenofovir, Lamivudin, Zidovudin dan Efavirenz, 1 BBO untuk diare yaitu Attapulgite, dan 1 BBO untuk antiseptic serta desinfectan yaitu Iodium Povidon.
“Untuk bahan baku obat yang diproduksi oleh Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP) Cikarang ini sudah memenuhi standar GNP, BPOM, dan 12 item itu sudah masuk sertifikat halal,” lanjut dia.
Adapun BBO tersebut telah memperoleh sertifikat Halal Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mendukung implementasi UU 33/2014 Tahun 2019 tentang Jaminan Produk Halal. Seluruh upaya Kimia Farma ini juga merupakan wujud dukungan Kimia Farma dengan program pemerintah sesuai dengan arahan pemerintah pada Peraturan Menteri Perindustrian No 16 Tahun 2020 yang menjelaskan mengenai nilai bobot untuk komponen BBO sebesar 50 persen.
Dengan adanya peningkatan kualitas fasilitas produksi, serta inovasi dari Kimia Farma sebagai anggota Holding BUMN Farmasi, diharapkan Kimia Farma dapat ikut berperan dalam menurunkan jumlah impor bahan baku obat atau Active Pharmaceutical Ingredients (API) di Indonesia, serta dapat terus mengoptimalisasi penggunaan BBO Dalam Negeri.
“Ke depan ini kita akan lengkapi dengan 28 API. Sehingga seluruh kebutuhan industri farmasi di Indonesia untuk kebutuhan obat bisa kita penuhi. Dengan pembangungan fasilitas produksi ini, diharapkan kedepannya Indonesia mempunyai ketahanan nasional, bukan hanya pada produksi obat, tapi menjamin kebutuhan industri farmasi,” tegas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.