Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Melonjak 4 Persen gara-gara OPEC+, Bisa Kembali ke Level 100 Dollar AS?

Kompas.com - 04/10/2022, 07:07 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.comHarga minyak mentah dunia melonjak pada perdagangan awal pekan Senin (3/10/2022) waktu setempat. Pergerakan harga minyak mentah dunia dibayangi oleh potensi penurunan produksi oleh OPRC+ yang akan diputuskan dalam pertemuan pekan ini.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah berjangka Brent melonjak 4 persen menjadi 88,54 dollar AS per barrel, sementara minyak berjangka West Texas Intermediate AS naik 4,2 persen, dan diperdagangkan pada harga 82,83 dollar AS per barrel.

Dan Pickering, CIO Pickering Energy Partners mengatakan, harga minyak bisa segera kembali ke level 100 dollar AS per barrel karena OPEC+ mempertimbangkan pemotongan pasokan. Saat ini, beberapa aliansi produsen minyak paling kuat di dunia, tengah mempertimbangkan pengurangan produksi terbesar dalam sejarah mereka, sejak pandemi Covid-19.

Baca juga: OPEC+ Dikabarkan Bakal Pangkas Produksi Minyak

Langkah bersejarah ini, dinilai akan mendorong kenaikan harga kembali ke level 100 dollar AS per barrel. Rencananya OPEC+ akan mengadakan pertemuan di Wina, Austria, pada Rabu pekan ini, untuk memutuskan fase kebijakan produksi berikutnya.

Menurut sumber terpercaya dari OPEC+, Kartel minyak dan sekutunya sedang mempertimbangkan pengurangan produksi lebih dari satu juta barrel per hari.

“Para menteri OPEC tidak akan datang ke Austria untuk pertama kalinya dalam dua tahun untuk tidak melakukan apa-apa. Jadi akan ada potongan produksi minyak yang cukup bersejarah,” ungkap Pickering.

“Jumlah aktual barrel yang akan diberikan ke pasar kemungkinan 500.000 barrel, yang hanya akan cukup untuk mendukung pasar dalam waktu pendek," lanjut dia.

Hal senada disampaikan juga oleh Analis senior di PVM Oil Associates di London Stephen Brennock. Brennock mengatakan, ada beberapa potensi kenaikan harga minyak setelah kerugian besar di bulan September.

"Peningkatan lebih lanjut dalam aktivitas perdagangan ditambah dengan pengetatan fundamental minyak jangka pendek bisa mendorong harga minyak kembali ke 100 dollar AS per barrel,” kata Brennock.

Setali dua uang, analis di Goldman Sachs juga mengungkapkan potensi harga minyak yang akan kembali di atas level 105 dollar AS per barrel. Hal ini diyakini, jika harga minyak brent mencapai tiga digit selama tiga bulan kedepan.

Sementara itu, Bank investasi AS memperkirakan WTI akan melonjak ke level 95 dollar AS per barrel, sekitar akhir tahun, sebelum mencapai 100 dollar AS selama enam bulan ke depan. Pickering mengatakan, OPEC+ memberi sinyal akan mendukung harga minyak naik antara 50-60 dollar AS per barrel.

“Harga minyak akan terjadi jauh lebih tinggi, dan mereka menunjukkan tekad untuk melindungi harga. Mereka tidak terlalu khawatir tentang permintaan,” ujar Pickering.

Di sisi lain, Pickering menilai bahwa kesepakatan nuklir Iran tidak akan terjadi, dan kekhawatiran sebenarnya adalah bagaimana risiko resesi akan memicu kekhawatiran permintaan. Bulan lalu, harga minyak turun lebih dari 4 dollar AS per barrel ke level terendah sejak invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari. Hal ini menyusul kekhawatiran permintaan karena kekhawatiran resesi.

Ditanya apakah pengurangan produksi besar-besaran dari OPEC+ kemungkinan akan cukup untuk mendorong harga minyak kembali ke level tertinggi, Ole Hansen dari Saxo Bank tidak optimis akan hal itu.

“Saya tidak berpikir itu karena apa yang harus kita pertimbangkan adalah, OPEC+ telah berjuang dalam beberapa bulan terakhir untuk benar-benar menghasilkan kuota yang telah disepakati. Jika mereka memotong 1 juta atau 1,5 juta barrel per hari, mereka harus mengubah sistem kuota agar jumlah itu benar-benar menjadi pemotongan nyata di pasar,” kata Hansen.

“Mungkin juga alasan mengapa mereka bertemu tatap muka minggu ini di Wina karena berpotensi menjadi keputusan yang sangat kontroversial yang mungkin mereka ambil. Tapi saya pikir dampaknya mungkin akan kurang dari yang saat ini dibutuhkan pasar,” tambahnya.

Di sisi lain, sentimen juga muncul dari kebijakan Departemen Energi AS yang mengumumkan akan menjual hingga 10 juta barrel minyak dari SPR untuk pengiriman November. Sementara itu, sanksi Uni Eropa terhadap impor minyak mentah Rusia melalui laut akan dimulai pada bulan Desember tahun ini.

Larangan itu dapat memperburuk kekhawatiran atas pasar energi yang semakin ketat, akibat permintaan yang kuat karena ekonomi bangkit kembali dari pandemi. Sebagai informasi, pada awal September OPEC mengejutkan pasar dengan mengumumkan pengurangan produksi minyak kecil sebesar 100.000 barel per hari untuk meningkatkan harga.

Baca juga: Harga Pertamax Turun, Bagaimana dengan Pertalite?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Work Smart
Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Whats New
Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Work Smart
Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Whats New
Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com