KOMPAS.com – Selama 45 tahun beroperasi di Indonesia, PT Pupuk Kalimantan Timur atau Pupuk Kaltim (PKT) mengaku telah menjalankan prinsip environmental, social, and governance (ESG), meski konsep ini merupakan hal baru di dunia usaha dan industri.
Pada talk show bertajuk “ESG, The Future of Corporate Resilience pada Indonesia Millennial and Gen-Z Summit”, Kamis (29/9/2022), Direktur Umum (Dirut) PKT Rahmad Pribadi mengatakan bahwa selama ini, pihaknya telah menjalankan proses produksi pupuk dengan memperhatikan keberlanjutan lingkungan.
“Walaupun produksi pupuk melalui proses rumit menggunakan gas alam, ESG tetap menjadi tanggung jawab PKT dalam menjawab tantangan industri di masa depan yang berorientasi pada lingkungan,” paparnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (4/10/2022).
Baca juga: Cetak Sejarah Baru, Pupuk Kaltim Tak Henti Berinovasi
Ia pun membeberkan 3 kunci kesuksesan PKT dalam menerapkan ESG.
Rahmad mengatakan, PKT menargetkan bisa mengurangi emisi karbon sekitar 30 persen dalam praktik bisnis. Hal ini sesuai dengan kaidah ESG pada 2030.
Selain itu, PKT juga berkomitmen mencapai net zero emission pada 2060. Untuk memenuhi target tersebut, PKT menyiapkan dua tahapan.
Pada tahap pertama, PKT menganggarkan offset karbon sebanyak 30 persen mulai 2022 hingga 2030. Hal ini salah satunya diwujudkan dengan membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap.
“PLTS atap dapat menghemat 20 hingga 30 persen kebutuhan energi di area perkantoran PKT yang memiliki total luas 6.500 meter persegi (m2),” tutur Rahmad.
Baca juga: Optimalisasi Sistem dan Teknologi Jadi Kunci Kesuksesan Digitalisasi Distribusi Pupuk PKT
Selain itu, PKT juga memulai mengganti kendaraan operasional berbahan minyak dengan kendaraan elektrik secara gradual.
Pada tahap ini, perusahaan juga akan membangun pabrik soda ash yang termasuk hilirisasi. Pabrik ini berpotensi menyerap sekitar 174.000 ton karbon dioksida (CO2) per tahun.
Lalu, pada tahapan kedua yang dimulai pada 2031, ujar Rahmad, pihaknya akan membangun teknologi low carbon sourcing dan carbon capture storage (CCS).
PKT akan menyiapkan kapasitas penyimpanan CCS bersama Pupuk Indonesia. Kemudian, akan dibangun pula reaktivasi pabrik urea Proyek Optimasi Kaltim (POPKA-2) dan teknologi biomassa.
“(Kedua tahapan) ini sesuai dengan kaidah ESG. In whatever we do, kami harus memperhatikan aspek ESG. ESG sudah tertanam di dalam strategi pengembangan perusahaan,” kata Rahmad.
Rahmad mengatakan, berkolaborasi dengan masyarakat merupakan salah satu upaya PKT untuk menciptakan dampak yang lebih besar terhadap lingkungan.