Penjelasan sederhana dalam pendekatan efektuasi adalah memanfaatkan sarana yang tersedia untuk mencapai efek tertentu, sementara pendekatan sebab akibat menentukan tujuan tertentu lalu mencari cara dan sarana untuk mewujudkannya.
Hasil penelitian Sarasvathy telah memperlihatkan bahwa wirausaha yang mengikuti logika efektuasi cenderung tidak mencoba memprediksi masa depan dan lebih mungkin mengubah tujuan dan visi awal untuk usaha baru.
Daripada memprediksi masa depan, wirausaha lebih cenderung bekerja dengan cara yang berada dalam kendali mereka dan melakukan penyesuaian seperlunya (Dew dkk, 2009).
Wirausaha cenderung menerapkan mekanisme yang memungkinkan mereka memiliki kendali atas hasil.
Menurut Sarasvathy (2001), sejauh bisa mengendalikan masa depan, kita tidak perlu memprediksinya.
Maka berdasarkan pendekatan efektuasi, Chandler dkk (2009) menguraikan empat prinsip yang dapat diterapkan wirausaha ketika menghadapi ketidakpastian.
Pertama, fokus pada eksperimen jangka pendek untuk mengidentifikasi peluang bisnis di masa depan yang tidak dapat diprediksi.
Kedua, fokus pada proyek di mana kerugian dalam skenario terburuk masih terjangkau (affordable loss) daripada memaksimalisasi pengembalian yang diharapkan.
Ketiga, menekankan pada prakomitmen dan aliansi strategis untuk mengendalikan masa depan yang tidak dapat diprediksi. Berkolaborasi dengan pemasok, pelanggan bahkan pesaing menjadi pilihan masuk akal.
Keempat, mengeksploitasi lingkungan dengan tetap fleksibel. Fleksibilitas adalah kunci untuk menghadapi ketidakpastian sehingga bisnis dapat bergerak cepat melakukan serangkaian perubahan yang diperlukan.
Logika efektuasi dilaporkan berkembang di lingkungan operasi yang tidak stabil yang sulit diprediksi, karena memungkinkan reaksi cepat terhadap perubahan lingkungan (Sarasvathy dan Dew, 2005).
Pembelajaran berkelanjutan juga merupakan bagian penting dari logika efektuasi, karena perubahan dalam lingkungan operasi mengharuskan perusahaan untuk mengubah dan mempelajari metode operasi baru untuk menanggapi situasi yang berubah (Sarasvathy, 2001).
Di bawah kondisi ketidakpastian dan keadaan yang unik membuat sulit untuk menarik kesimpulan statistik.
Selain itu, tidak ada cara yang layak untuk menghitung pengembalian yang diharapkan untuk tindakan tertentu.
Jadi, alih-alih menganalisis alternatif dan memilih satu dengan pengembalian yang diharapkan tertinggi, pebisnis memilih alternatif berdasarkan keterjangkauan kerugian (affordable loss).
Wirausaha mempertahankan fleksibilitas, menggunakan eksperimen, dan berusaha mengendalikan masa depan dengan membuat aliansi serta memperoleh komitmen awal dari pemasok potensial, pesaing, dan pelanggan.
Semoga “perfect storm” yang ditakutkan itu tidak sungguh-sungguh terjadi.
*Dosen Program Studi Sarjana Manajemen, Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Tarumanagara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.