BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Mekari

Survei Mekari: Kesejahteraan 74 Persen Karyawan Tergerus Akibat Pandemi

Kompas.com - 10/10/2022, 19:20 WIB
Rindu Pradipta Hestya,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Dampak pandemi Covid-19 sangat dirasakan oleh karyawan atau pekerja formal di Indonesia. Berdasarkan riset yang dilakukan perusahaan software-as-a-services (SaaS) Mekari pada April 2022, 74 persen karyawan mengaku bahwa kondisi finansial mereka memburuk karena pandemi.

Survei berjudul Mekari Whitepaper: Laporan Kesejahteraan Finansial Karyawan 2022 itu mengungkap bahwa penurunan kondisi finansial disebabkan oleh pengeluaran tak terduga selama pandemi. Sebagai contoh, pengeluaran untuk keluarga yang terdiagnosis Covid-19 atau penyakit lain.

Baca juga: Hasil Riset SMB Pulse Index Mekari: Digitalisasi Tingkatkan Resiliensi UMKM Hadapi Gejolak Ekonomi

Kondisi tersebut juga diperparah dengan rerata kondisi finansial sebagian besar karyawan yang hanya mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sementara, baru 39 persen karyawan yang disurvei menyatakan pendapatan mereka cukup untuk biaya tak terduga dan 15 persen karyawan mengaku penghasilannya cukup untuk membiayai hidup jika terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Financial Services Director Mekari Jansen Jumino mengatakan, karyawan memainkan peran signifikan saat pandemi karena menjadi motor pendorong kinerja perusahaan.

“Namun, kesejahteraan finansial mereka tergelincir ke bawah rata-rata karena pendapatan mereka tidak lagi memadai untuk membiayai pengeluaran tak terduga atau kebutuhan hidup apabila di-PHK,” kata Jansen seperti dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (7/10/2022).

Urgensi dana darurat

Hasil survei yang dilakukan pada lebih dari 5.500 karyawan dan 300 perwakilan divisi sumber daya manusia (SDM) dari berbagai jabatan dan perusahaan tersebut juga menemukan frekuensi kebutuhan dana darurat yang dialami karyawan selama 12 bulan atau setahun.

Berdasarkan hasil survei, 42,7 persen responden mengaku membutuhkan 1-2 kali dana darurat dalam 12 bulan. Sebanyak 30 persen membutuhkan 3-4 kali dana darurat, 15,6 persen lebih dari lima kali, dan 11,7 persen tidak pernah membutuhkan dana darurat.

Baca juga: Raih Pendanaan Senilai Rp 720 Miliar, Mekari Akan Fokus ke Fintech

Kemudian, rerata dana untuk satu kali keperluan mendesak adalah Rp 2 juta. Ini berarti, dalam 12 bulan, karyawan setidaknya butuh Rp 4 juta untuk dana darurat dalam setahun.

Jika dibandingkan rerata tabungan karyawan dalam setahun yang sebesar Rp 2.633.574, sebagaimana Laporan Tahunan 2021 Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), karyawan masih membutuhkan dana sekitar Rp 1,4 juta untuk keperluan darurat.

Dok. Mekari Infografik Mekari

Untuk mengatasi masalah itu, masih berdasarkan survei Mekari, tak sedikit karyawan memutuskan mengambil pinjaman online atau pinjol. Namun, pinjol ternyata menimbulkan problematika baru bagi karyawan. Sebab, sebanyak 74 persen dari responden setuju bahwa mereka mengalami kesulitan untuk membayar pinjaman mereka.

Hal tersebut memicu stres pada karyawan saat bekerja. Alhasil, produktivitas karyawan menurun. Dari data yang ditemukan Mekari, setidaknya 75 persen karyawan pernah mengurus masalah keuangan pribadi sambil bekerja.

Baca juga: Mekari Dukung Digitalisasi dan Kemajuan UKM Indonesia

Mereka juga diketahui menghabiskan waktu rata-rata 6,3 jam per bulan untuk mengurus masalah keuangan di kantor. Bahkan, beberapa di antaranya mengambil cuti dengan rata-rata 1,9 hari per tahun untuk mengurus masalah finansial.

Peran perusahaan

Sebagai tempat karyawan bernaung, perusahaan memiliki peran sentral untuk membantu kesejahteraan finansial karyawan. Apalagi, mayoritas karyawan yang disurvei Mekari mengakui bahwa dukungan program kesejahteraan karyawan berpengaruh terhadap kinerja dan loyalitas mereka.

Sebanyak 97 persen karyawan menyatakan bahwa produktivitas mereka akan meningkat jika perusahaan memberikan produk atau dukungan finansial. Kemudian, 93 persen karyawan juga setuju bahwa produk atau dukungan finansial dari perusahaan bisa meningkatkan loyalitas mereka.

Sementara, 79 persen karyawan sepakat bahwa dukungan kesejahteraan finansial dari perusahaan menjadi faktor yang mempengaruhi pilihan untuk pindah tempat kerja.

Infografik Mekari 2

“Riset ini menyimpulkan bahwa perusahaan selayaknya berinvestasi di kesejahteraan finansial karyawan agar bisa memicu retensi dan produktivitas karyawan. Sebab, retensi dan produktivitas merupakan faktor penentu bagi performa bisnis perusahaan,” jelas Jansen.

Berdasarkan survei, kata Jansen, Mekari menemukan tiga produk atau dukungan finansial yang dapat ditawarkan perusahaan, yakni program dana pensiun, program asuransi karyawan, dan program pinjaman atau cicilan cash.

Terkait program pinjaman atau cicilan cash, perusahaan bisa memanfaatkan aplikasi platform MekariFlex dari Mekari. Melalui solusi digital terintegrasi tersebut, perusahaan bisa memberikan fasilitas pinjaman (Flex Installment) dengan bunga rendah, sistem pengajuan dan pembayaran mudah, aman dan terjamin, serta terhindar dari risiko penipuan atau salah pinjam.

Perusahaan bisa pula memberikan program earned wage access (EWA) atau penarikan gaji sebelum tanggal payroll kepada karyawan. Proses yang ditawarkan MekariFlex untuk EWA tidak membutuhkan waktu lama dan dapat diakses 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu.

Registrasi pengajuan EWA pun tidak ribet karena tak membutuhkan dokumen tambahan. Akses EWA juga tidak dikenakan bunga karena bukan pinjaman, melainkan penarikan gaji lebih awal dari jadwal.

Dengan MekariFlex, perusahaan dapat mendukung kesejahteraan finansial karyawan dengan mencukupi kebutuhan dana darurat bila sewaktu-waktu diperlukan.

Untuk mengetahui Mekari Whitepaper: Laporan Kesejahteraan Finansial Karyawan 2022 selengkapnya, Anda bisa mengunjungi tautan berikut. Sementara untuk informasi produk MekariFlex, Anda bisa mengklik tautan ini


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com