Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luhut Pastikan RI Tidak Termasuk 28 Negara yang Antre Jadi "Pasien" IMF

Kompas.com - 11/10/2022, 15:35 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan memastikan Indonesia tidak termasuk 28 negara yang sedang membutuhkan bantuan pendanaan ke Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).

Pasalnya, saat ini kondisi ekonomi Indonesia masih lebih baik dari ke-28 negara tersebut. Meski begitu, Indonesia masih perlu waspada dalam menghadapi gejolak perekonomian global ke depannya.

"Harus optimis, tadi Presiden sampaikan ada 28 negara sekarang yang sudah antre masuk di IMF. Kita jauh dari itu, jadi optimisme itu harus dibangun," ujarnya kepada wartawan di Jakarta Convention Center, Selasa (11/10/2022).

Baca juga: Sail Tidore 2022, Upaya Mendorong Kejayaan Jalur Rempah Nusantara

Menurutnya, optimisme perekonomian Indonesia saat ini dapat tetap dijaga dengan saling bekerja sama antar pihak baik dari pemerintah, dunia usaha, hingga masyarakat dengan melakukan tugas masing-masing dengan baik.

"Kuncinya kan di situ saja, kalau kita semua kompak seperti yang Presiden sampaikan tadi waktu kita menangani Covid-19 pastilah kita juga bisa keluar dari sini. Jadi semua tergantung kita," ucapnya.

Seperti diketahui, sejumlah negara tumbang karena mengalami krisis dan inflasi yang tinggi akibat dari ketidapastian dan volatilitas global yang tinggi. Mulai dari ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina hingga perubahan iklim yang menyebabkan berbagai bencana alam turut andil dalam situasi ekonomi yang terjadi saat ini.

Baca juga: Luhut Jajaki Investasi dengan The Boring Company


Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, dengan situasi saat ini negara manapun dapat terlempar keluar jalur dengan sangat mudah jika tidak berhati-hati dalam mengambil kebijakan.

Bahkan Jokowi bilang, saat ini sudah ada 28 negara yang meminta bantuan keuangan ke IMF untuk memperbaiki perekonomiannya.

"Tadi saya mendapatkan informasi dari pertemuan di Washington DC, 28 negara sudah antre di markasnya IMF, menjadi pasien," ujar Jokowi saat membuka acara Investor Daily Summit 2022 di Jakarta Convention Center, Selasa (11/10/2022).

Namun, di tengah kondisi tersebut Indonesia mampu mencetak pertumbuhan ekonomi yang terbaik di dunia yaitu 5,44 persen di Kuartal II 2022. Demikian juga dengan tingkat inflasi yang masih terkendali.

Baca juga: Cerita Luhut Hilangkan Stres dengan Berlari 15 Km

"Inflasi juga masih terkendali setelah kenaikan BBM kita masih di angka dibawah ini 6 yaitu 5,9 persen ini juga tetap harus kita syukuri," ucapnya.

Kondisi ekonomi Indonesia yang baik ini, kata Jokowi, disebabkan karena regulator dari sisi fiskal yakni Kementerian Keuangan dan regulator dari sisi moneter yakni Bank Indonesia dapat bekerja sama dengan baik sehingga menghasilkan kebijakan fiskal dan moneter yang dapat berjalan beriringan.

Hal ini tercermin dari kenaikan suku bunga acuan BI yang sepanjang 2022 sebesar 75 basis poin (bps) mampu menekan inflasi tetap rendah. Berbeda dengan Argentina yang bank sentralnya sudah menaikkan suku bunga sebanyak 3.700 bps tapi inflasinya tetap tinggi di 83,5 persen.

"Yang saya lihat di dalam keseharian antara bank sentral kita BI dan Kementerian Keuangan ini berjalannya rukun, tidak saling tumpang-tindih, ini yang saya lihat. Komunikasi baik sehingga fiskal dan moneter bisa berjalan bersama-sama," tutur Jokowi.

Baca juga: Jubir Luhut: Rencana Investasi Tesla di RI Masih Berproses

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com