Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Chatib Basri: Kalau Ditanya Indonesia Akan Resesi Tidak, Jawaban Saya Tidak...

Kompas.com - 12/10/2022, 07:30 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Berbagai lembaga dan analis memprediksi ke depannya akan banyak negara yang masuk ke dalam jurang resesi akibat melemahnya ekonomi global.

Ekonom Chatib Basri memastikan Indonesia bukan salah satu negara yang masuk dalam jurang resesi. Namun, Indonesia tetap akan terkena dampak berupa perlambatan pertumbuhan ekonomi.

"Kalau ditanya apakah Indonesia akan resesi atau tidak, jawaban saya tidak," ujar Chatib saat acara Investor Daily Summit di Jakarta Convention Center, Selasa (11/10/2022).

Baca juga: [POPULER MONEY] Jokowi: 28 Negara Antre Jadi Pasien IMF | Gelombang PHK Menerpa, Indonesia di Ambang Resesi?

Alasan RI tidak alami resesi, tapi hanya perlambatan ekonomi

Menurutnya, dampak negatif dari pelemahan ekonomi global akan lebih dirasakan pada negara-negara yang kontribusi ekspor ke PDB besar.

Misalnya seperti negara Singapura di mana ekspor berkontribusi ke PDB lebih dari 200 persen sehingga saat ekonomi global melemah maka perekonomian Singapura akan terpengaruh.

Sementara Indonesia kontribusi ekspor ke PDB masih minim, yaitu sekitar 25 persen sehingga meski ekonomi dunia melemah, tidak berpengaruh banyak terhadap perekonomian Indonesia.

"Porsi ekspor kita terhadap PDB relatif kecil dibandingkan dengan negara seperti Singapura atau Malaysia. Saya bisa membayangkan bahwa goncangan global akan berdampak negatif ke negara yang terkena dampak signifikan," ungkap Chatib.

Baca juga: Simak 5 Tips Mengelola Keuangan Hadapi Resesi 2023

Perlambatan ekonomi RI diperkirakan mulai awal 2023

Menteri Keuangan periode 2013-2014 itu memperkirakan perlambatan ekonomi Indonesia kemungkinan mulai terjadi di awal 2023.

Pasalnya, pendapatan pemerintah akan berkurang akibat pelambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas.

Oleh karenanya, strategi menggunakan ekspansi fiskal dan pengetatan moneter yang bertujuan untuk menyeimbangkan kondisi internal dan eksternal, justru akan menjadi salah satu faktor pelambatan ekonomi Indonesia.

"Jadi implikasinya adalah kita akan melihat kontraksi fiskal pada tahun 2023. Jadi kombinasi kontraksi baik kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal entah bagaimana akan memberi akan menyeret turun pertumbuhan ekonomi untuk tahun depan," jelas Chatib.

Baca juga: Tahun Depan Sepertiga Dunia Diramal Bakal Makin Kesulitan, IMF Justru Puji Ekonomi RI

Chatib Basri prediksi ekonomi RI 2023 tumbuh sedikit di bawah 5 persen

Saat ditemui setelah acara, Chatib memperkirakan ekonomi Indonesia di 2023 hanya dapat tumbuh sedikit di bawah 5 persen.

"Situasinya tantangannya berat, tetapi bukan berarti kita akan mengalami pertumbuhan ekonomi negatif, makanya yang terjadi perlambatan, kalau kita biasa tumbuh di 5,2 persen mungkin di 2023 kita akan tumbuh sedikit di bawah 5 persen," tuturnya.

Baca juga: Jokowi: Tidak Ada Negara yang Kendalikan Inflasi seperti RI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemehub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemehub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com